EJ – Tepat pada hari ulang tahunnya ke 73 kemarin Senin (10/8) Madrai salah satu legenda di Persebaya menyatakan pensiun. Selain dikenal sebagai masseur ia juga mantan pemain.
Siang itu tim Emosi Jiwaku berkesempatan mengunjungi rumahnya di kawasan Menganti Gresik. Perayaan ulang tahun sederhana ini Madrai didampingi istri dan juga dihadiri dua putra dan dua cucunya.
Sebuah kue tart kecil dengan ada angka 73 diatasnya menandai usia sang legenda. Dengan doa dari keluarganya Madrai meniup lilin yang ada pada kue tart tersebut. Lalu memotongnya dan memberikan ke istrinya sekaligus menyuapi kue tersebut.
Sambil makan siang bersama Madrai menceritakan sedikit kisahnya tentang sepak terjangnya pada dunia sepakbola.
Madrai mengawali karir sebagai pemain Persebaya tahun 1969. Banyak pemain tenar pada eranya sebut saja Rusdy Bahalwan, Abdul Kadir, Mudayat, Hartono dan Yacob Sihasale.
“Pemain seangkatan saya sudah banyak yang meninggal” katanya mengenang saat bermain.
Pria yang sangat terkenal berambut putih ini juga sangat melegenda sebagai masseur atau tukang pijat pemain. Keahlian ini ternyata ia peroleh secara otodidak karena sebagai mantan pemain.
“Saya tidak ada yang mengajari. Saya sebagai mantan pemain urut-urut sendiri kaki saya waktu itu”katanya saat ditanya tentang ilmunya tersebut.
Adalah A Wenas salah satu bos Niac Mitra saat itu yang pertama kali melihat bakat Madrai. Dan Joko Malis adalah klien pertamanya.
“Dan Joko Malis akhirnya menceritakan kepada semua pemain” tambahnya.
Musim 2019 kemarin akan menjadi musim terakhir bagi Madrai. Faktor fisik, usia yang sudah menua dan larangan anak menjadi hal yang menjadi pertimbangannya.
Ya, saya menyatakan berhenti. Bukan diberhentikan ya, saya akan pamit resmi ke menejemen nanti”tegasnya kepada Emosijiwaku.
Dengan mata berair dan kalimat terbata-bata Madrai melanjutkan pernyataannya tentang berhenti dari Persebaya.
“Saya sangat mencintai Persebaya. Darah saya hijau. Karena fisik dan larangan anak saya berhenti. Hati saya tidak mau berhenti” ucapnya dengan berurai air mata.
Harapan lain adalah Madrai punya keinginan untuk melihat Persebaya juara lagi. Dan juga jika diundang melihat Persebaya main di Gelora Bung Tomo, Madrai berjanji akan selalu datang ke stadion. (bim)