Dengan didampingi ketua Harian Persebaya H.Santo saya yang buta tentang urusan balbalan jadi sangat terbantu plus bisa cepat belajar.Sebagai contoh H.Santo selalu menyarankan agar kita membawa atau mengajak orang pintar dalam setiap pertandingan.
Saya iyakan tapi dengan pesan agar hanya untuk melindungi pemain dan tim dari kejahilan tim atau orang lain bukan untuk menjahili orang lain. Dan dalam prakteknya H.Santo sering mengajak H.Sarbilah seorang pendekar Pagar Nusa untuk mendampingi tim ketika bertanding saya juga mengajak sahabat dekat saya, Ustad Muchrish Chatib untuk melindungi tim dengan pesan yang sama.
Ketika melakukan pertandingan tandang ke Lamongan melawan Persela Lamongan tanggal 5 Mei 2004 kami sudah berada di Lamongan tanggal.3 Mei 2004. Dengan maksud untuk beradaptasi,mengurangi kelelahan dan mencoba lapangan yang biasanya dilakukan satu hari menjelang pertandingan
Ketika akan mencoba lapangan saya yang sedang dalam perjalanan dari Surabaya dilapori kalau Persebaya tidak diberi izin untuk mencoba lapangan dengan berbagai alas an. Dan ketika sampai ke hotel saya ajak H.Santo untuk diskusi menurut beliau hal seperti ini terjadi hanya satu alasan yakni tuan rumah tidak ingin kita merusak atau mengganggu aspek non tekhnis yang telah disiapkan didalam dan disekitar lapangan tersebut.
Ketika saya minta H.Santo untuk bisa atasi masalahnya kata beliau “Sudah beres ketua,saya sudah kirim orang untuk bersihkan lapangan. Besok pagi kalau ketua masih kurang yakin bisa utus orang sebelum pertandingan sore harinya”. Sorenya kita optimis akan memenangkan pertandingan karena Persebaya ketika itu bertabur bintang.
Benar saja pertandingan yang dihadiri oleh 20 ribu penonton tanpa kehadiran bonek. Itu baru berlangsung tiga menit Danilo Fernando sudah membobol gawang Persela dari sebuah tendangan jarak jauh yang tidak bisa diantisipasi kiper Persela.
Uston Nawawi menambah kemenangan dua menit kemudian yang membuat suporter mulai gelisah dan mulai lempar. Dan kekacauan hampir terjadi ketika di menit ke 29 Carasco merayakan golnya dengan memakai topeng Spiderman tapi polisi mampu menahan suporter sampai wasit meniup peluit panjang tanda babak pertama berakhir.
Ketika diruang ganti saya minta pemain agar lebih menahan diri agar tidak memancing kemarahan penonton yang melihat timnya tidak memberikan perlawanan berarti.
Dibabak kedua Persebaya tidak terlalu menyerang tapi permainan Persela juga tidak berkembang dan cenderung monoton,penonton mulai marah-marah dan meneriaki pemain-pemain Persela.
Empat belas menit setelah peliut babak kedua ditiup beberapa bola api dilemparkan kelapangan, penonton turun menyerbu pemain. Stadion rusuh saya lari ke dalam lapangan untuk meneriaki pemain-pemain Persebaya agar segera keluar lapangan.
Bersamaan dengan wasit meniup peluit menghentikan pertandingan di menit ke 64 karena lapangan sudah dikuasai suporter Persela.
Sebelum penonton bergerak keruang ganti polisi dan tentara sudah mengawal kami untuk segera keluar dari stadion dan mengungsi ke kantor Koramil yang ada di dekat stadion.
Beberapa jam kemudian setelah suasana tenang barulah pemain dan official diangkut langsung menuju Gresik. Karena selain menghindari suporter juga ada informasi bahwa pertandingan lanjutan (kurang 26 menit) akan dilanjutkan di Gresik.
Besoknya pertandingan berlangsung tanpa penonton dan Persela Lamongan masih kebobolan satu gol lagi. Sehingga Pertandingan tandang ke Lamongan ini Persebaya menang telak dengan skor 4-0. (Bersambung)
*Artikel ditulis oleh Saleh Ismail Mukadar mantan Ketua Umum dan Manajer Persebaya.