Kabar tentang kemajuan renovasi Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) memenuhi laman sejumlah media online beberapa bulan terakhir. Walikota Surabaya Tri Rismaharini secara berkala dilaporkan melakukan supervisi dan memberi arahan pada anak buahnya agar pada akhir tahun ini GBT dapat memenuhi standar yang ditetapkan oleh FIFA.
Sementara stadion lain yang ditunjuk menjadi tuan rumah piala 2021 masih adem ayem tanpa perbaikan berarti, berita tentang perkembangan pesat di stadion kebanggaan bonek ini sejenak memunculkan lagi harapan arek-arek Suroboyo sembari mengalihkan perhatian kita terhadap kabar tentang penanganan awal pandemi COVID-19 di kota Surabaya yang tidak begitu membahagiakan.
Selain pembenahan locker room, pemasangan single seat, dan peningkatan kualitas pencahayaan, perkembangan penting yang terekam dalam catatan media adalah pembangunan enam jalan akses menuju stadion di Surabaya Barat ini.
Dalam video yang diunggah oleh akun youtube Sapawarga Kota Surabaya awal September, Walikota Risma terlihat meninjau pembangunan sejumlah akses jalan menuju Stadion GBT. Banyak pihak menyambut kabar ini dengan gembira mengingat selain jauh dari pusat kota, stadion semegah GBT tidak memiliki akses yang memadai.
Namun demikian, pilihan untuk membangun jalan raya menuju komplek olahraga terbesar di kota Pahlawan ini sejatinya membuktikan kritik beberapa kalangan tentang pembangunan Surabaya yang lebih berorientasi pada kendaraan pribadi alih-alih transportasi publik.
Lokasi yang jauh dari pusat kota dan ketiadaan transportasi umum yang memadai membuat suporter mengandalkan kendaraan pribadi untuk hadir ke Stadion GBT.
Akibatnya, tiap Persebaya berlaga di stadion tersebut hampir pasti kemacetan parah akan terjadi. Meskipun begitu, sebenarnya suporter memiliki peluang untuk mengakses Stadion GBT dengan transportasi massal.
Hal ini ditunjukkan dengan keberadaan Stasiun Benowo yang jaraknya walking distance dari Stadion GBT, yakni sekitar 2.5 kilometer saja. Stasiun Benowo memang bukanlah stasiun besar, akan tetapi stasiun ini telah menjadi salah satu persinggahan kereta api komuter Surabaya-Lamongan lebih dari satu dekade.
Potensi yang dimiliki oleh moda transportasi ini untuk menyelesaikan permasalahan akses ke Stadion GBT ini dapat terwujud jika Pemerintah Kota Surabaya dan PT KAI duduk Bersama untuk mendesain sebuah kereta lokal yang bisa mengangkut supporter dari stasiun-stasiun lain di Surabaya.
Metode bepergian ke stadion dengan kereta api adalah hal yang lumrah bagi suporter di negara maju seperti Inggris. Menurut riset yang dilakukan oleh Campaign for Better Transport (2013), kereta adalah pilihan utama bagi suporter tim tuan rumah di Premier League untuk pergi ke stadion.
Walaupun memiliki perbedaan kultural dan jumlah jaringan kereta api lokal, hal tersebut bukan tidak mungkin direalisasikan di Indonesia. Di Jakarta misalnya, banyak suporter tim ibu kota yang memanfaatkan KRL setiap kali pergi mendukung Andritany dkk berlaga di Gelora Bung Karno (GBK).
Pembangunan kereta lokal menuju Stadion GBT merupakan pilihan moda transportasi yang menguntungkan bagi banyak pihak karena beberapa alasan.
Pertama, jika semakin banyak suporter yang bisa diangkut dengan kereta, tingkat kemacetan di berbagai jalan di Surabaya saat pertandingan berlangsung semakin bisa dikurangi.
Kedua, dengan berkurangnya volume kendaraan pribadi yang bergerak menuju Stadion GBT, keluhan pengguna jalan terhadap tindakan tidak perlu yang kadang dilakukan oleh sejumlah oknum supporter mungkin saja bisa berkurang.
Ketiga, kemudahan akses transportasi umum ke Stadion GBT akan membuat stadion terbesar di Jawa Timur tersebut menjadi tujuan wisata olahraga unggulan baik bagi warga kota Surabaya maupun dari luar Surabaya seperti suporter mancanegara yang hadir guna mendukung tim nasionalnya dalam gelaran Piala Dunia U-20 tahun depan.
Keempat, bagi suporter yang tinggal jauh dari Stadion GBT, keberadaan kereta lokal akan mengurangi waktu tempuh ke stadion, risiko kelelahan dan kecelakaan.
Pembangunan moda transportasi massal seperti kereta lokal menuju Stadion GBT memang bukanlah wacana utama untuk saat ini. Namun demikian, perlu kita sadari bahwa banyak dampak positif yang akan dirasakan oleh suporter, pengguna jalan, dan wisatawan dengan pembangunan fasilitas transportasi umum menuju stadion.
Pemerintah Kota Surabaya juga akan mendapat keuntungan karena semakin banyak wisatawan yang bisa mengakses Stadion GBT dan di waktu yang bersamaan bisa menyejajarkan diri dengan pemerintah daerah di negara maju dalam hal penyediaan fasilitas untuk suporter.
Andai saja pembangunan kereta lokal menuju Stadion GBT terwujud, istilah tret..tet..tet ke GBK yang dipopulerkan oleh Jawa Pos bukan tidak mungkin akan kalah pamor dengan istilah tut..tut..tut ke GBT yang diviralkan oleh emosijiwaku.com
Irfan Ardhani (Bonek, tinggal di Sleman)