Sejak diakui kembali pada 2017 lalu, manajemen terus berbenah dan belajar untuk mengelola Persebaya sebaik mungkin dan se-profesional mungkin. Penjelasan dua “kaki” (bisnis dan prestasi tim) yang menopang kelangsungan klub mungkin sudah sering kita dengar. Namun tidak boleh hanya berhenti disitu, harus ada pengembangan lain yang dilakukan.
Setidaknya menurut pandangan saya ada lima hal potensial yang bisa diwujudkan Persebaya dalam waktu 2021 hingga 2023 mendatang karena memiliki manfaat yang cukup banyak.
1. Kerjasama Dengan Klub Luar Negeri
Persebaya memang melakukan gebrakan pada 2018 lalu. Ketika itu, tim Persebaya U18 diberangkatkan TC ke Australia. Berstatus tim promosi, tapi berani investasi dan memberikan fasilitas mempuni untuk pembinaan bagi skuad mudanya.
Dan, untuk saat ini Persebaya perlu mengembangkan konsep tersebut kearah yang lebih luas: kerjasama dengan klub mancanegara. Ada banyak jenis kerjasama yang bisa dilakukan entah itu pertukaran pemain untuk pembinaan, sharing, serta relasi untuk tembus ke akademi mereka. Semua bisa dibicarakan dan disiapkan sebaik mungkin sesuai dengan kebutuhan.
Tidak hanya dari sektor pemain dan pelatih saja, kerjasama ini bisa dikembangkan lebih jauh dengan berbagi pengalaman soal mengelola tim profesional. Sehingga manajemen Persebaya memiliki referensi lain dari tim luar negeri tentang bagaimana mengelola tim secara baik.
Karena sebagai tim besar dan disegani di Indonesia, sangat disayangkan jika Persebaya tidak memaksimalkan potensi tersebut untuk kebaikan sepak bola Persebaya dan Indonesia di masa mendatang.
2. Menggandeng GBT dengan G10N
Harus diakui penunjukan Surabaya sebagai salah satu venue Piala Dunia U20 2021 mendatangkan banyak keuntungan. Salah satunya renovasi dua stadion besar di Surabaya: Gelora Bung Tomo dan Gelora 10 November. Harapannya, dengan demikian Persebaya bisa memiliki dua opsi sebagai kandang selepas pagelaran Piala Dunia nanti.
Gelora Bung Tomo akan menggelar pertandingan dengan potensi penonton sedang hingga tinggi, sedangkan Gelora 10 November bisa digunakan dalam pertandingan berstatus non-bigmatch. Keduanya bisa diprosentasekan misalnya dari 17 laga jatah kandang Persebaya, 13 digelar di GBT sedangkan sisanya empat laga di G10N.
Dari sisi pemasukan, G10N pun bisa dikatakan potensial. Misalnya ada sebuah laga non-big match yang digelar hari biasa. Dengan asumsi jika digelar di GBT penonton akan sedikit, dengan menggelar laga tersebut di G10N, maka ada peluang penonton lebih banyak. Karena G10N bisa menjadi “refreshing” bagi Bonek agar merasakan suasana baru. Terlebih bagi mereka Bonek Jaman old. Kekuatan nostalgia bisa mendongkrak pemasukan tiket.
Lebih lanjut, selain karena turut merawat sejarah, yang mana Persebaya pernah berjaya di G10N, keputusan menggandeng dua stadion ini juga menguntungkan kedua pihak. Persebaya bisa punya opsi lebih dari satu, sedangkan Pemkot selaku pengelola akan terbantu karena stadion akan rutin digunakan Persebaya sehingga G10N tidak terkesan “dibiarkan” setelah pagelaran Piala Dunia nanti. Semoga hal ini bisa terwujud.
3. Upgrade Fasilitas Kompetisi Internal
Kompetisi Internal Persebaya telah menjadi salah satu “pabrik” pesepak bola handal di Indonesia. Banyak alumni kompetisi ini yang telah malang-melintang di klub besar bahkan timnas Indonesia.
Setelah mengalami sedikit masalah yang mengakibatkan kompetisi sempat nyandet, pada 2021-2023 mendatang sebaiknya Persebaya bergerak untuk mulai menambah atau memperbaiki fasilitas yang ada.
Fokus utama tentu pada kualitas lapangan, khususnya rumput. Apalagi, lapangan digunakan dengan intensitas tinggi sehingga rumput akan rusak jika tidak dikelola dengan baik. Bagaimanapun, rumput yang bagus akan membantu pemain menampilkan peforma terbaik.
Jika memilik dana lebih, Persebaya bisa membantu dengan menyediakan alat olahraga sederhana untuk meningkatkan fisik dan otot pemain. Pun dari sektor non-teknis seperti menghadirkan pembicara profesional untuk menambahkan wawasan soal pemain profesional, nutrisi, dan sejenisnya. Dengan demikian, ketika pemain telah “lulus” dari kompetisi internal tersebut, mereka akan menjadi pemain profesional yang memiliki kemampuan dan wawasan luas.
4. Pengembangan Aplikasi Persebaya Selamanya
Salah satu hal yang sering saya sorot dari Persebaya adalah aplikasinya. Memang, harus kita apresiasi sebab dengan membangun sebuah aplikasi tentu membuktikan bahwa Persebaya serius untuk membangun era digital. Namun sampai saat ini, tidak ada pembaharuan fitur berarti dari aplikasi tersebut.
Padahal, ada banyak ide yang bisa digali untuk memaksimalkan fungsi aplikasi. Entah dengan menambahkan fitur live score, statistik pemain, dan lain sebagainya. Selain itu ada juga satu usulan, menurut pendapat saya, bahwa Persebaya perlu memberikan “penghargaan” kepada pemain seperti awards Pemain Terbaik versi Fans. Tentu voting tersebut dengan memanfaatkan aplikasi Persebaya Selamanya ini. Misalnya hanya verified member yang bisa memberikan voting.
Semoga sektor aplikasi resmi klub ini tidak dilupakan begitu saja, karena pada era digital seperti saat ini sangat erat kaitannya dengan aplikasi mobile.
5. Mengawasi Program PSSI dan LIB
Sejak dahulu Persebaya memang dikenal sebagai klub yang vokal dan “berani melawan” keputusan atau persoalan yang tidak sesuai. Bahkan jika harus dicoret dari PSSI sekalipun, pada saat itu. Maka Persebaya sudah seharusnya mempertahankan prinsip seperti ini.
PSSI dan LIB memiliki banyak program dan rencana kerja. Persebaya sebagai anggota PSSI memiliki hak untuk menyampaikan pandangannya terhadap hal tersebut. Pun juga menjadi pengawas program-program yang dijalankan mereka. Contoh terbaru, ketika Persebaya teguh dengan pendirian bahwa berlanjutnya kompetisi ditengah pandemi Covid-19 tanpa protokol kesehatan yang jelas akan sangat berisiko.
Semoga prinsip dan pendirian seperti terus berlanjut. Bagaimana pun Persebaya harus bebas dalam menentukan sikap, tanpa intervensi atau paksaan dari pihak lain.
Itulah lima catatan singkat saya tentang Persebaya di masa 2021 hingga 2023 mendatang. Semoga segala sesuatu yang dilakukan tim selalu diberkahi dan diikuti dengan kebaikan.
Salam Satu Nyali, WANI!