Era pandemi yang tak kunjung berhenti, memaksa PSSI menghentikan Liga 1. Dua tahun lamanya, sejak Maret tahun 2019, pertama kali Presiden Jokowi mengumumkan bahwa pandemi juga menghinggapi negeri ini. Mengharuskan semua aktifitas berhenti, begitu dengan sepakbola.
Desakan untuk memulai sepakbola, digaungkan oleh seluruh supporter, official, bahkan manajemen seluruh klub sepakbola di Indonesia. Atas dasar itulah, PSSI New Normal, memaksa untuk melanjutkan pertandingan sepakbola lagi.
Ya, Piala Menpora. Sebuah ajang bergensi, pertaruhan harga diri yang dibuat oleh PSSI sebagai ajang pra musim yang disiapkan jelang liga 1 dimulai kembali setelah sempat berhenti akibat pandemi.
Piala Menpora, jadi ajang pembuktian bagi seluruh klub yang mengikutinya, tak terkecuali Persebaya Surabaya. Di ajang ini, Persebaya Surabaya sengaja pamer bakat muda binaan akademi internal asli dalam negeri.
Bukan tidak bisa mengontrak dengan pemain asing, Manajemen Persebaya lewat Presiden Persebaya Menjawab, yang ditayangkan di channel youtube Official Persebaya menjelaskan bahwa selama pihak penyelenggara tidak bisa memberikan kepastian perihal jadwal satu musim, pihaknya akan kesulitan mengatur rencana seluruh tim. Atas dasar itulah, Azrul Ananda Presiden Persebaya berdalih, pra musim adalah ajang pamer bakat muda. Bakat binaan akademi Persebaya, yang rata-rata membela timnas di setiap usianya.
Berkolaborasi dengan pemain senior, bakat muda Persebaya wajib diapresiasi, bermain dengan rapi disiplin, gigih tanpa henti. Terbukti, Persebaya bisa melaju ke babak 8 besar, Minggu (11/4) jadi ajang pembuktian bakat muda Persebaya. Bertanding di Stadion Sleman Jawa Tengah. Persebaya meladeni Persib Bandung.
Tertinggal 3 gol pada babak pertama mustahil untuk dikejar bahkan menyamakan skor. Tapi bukan Arek Suroboyo jika tidak bisa bermain ngeyel, ngoyo, dan ngosek. Komposisi Marcelino, Rizky Ridho, Supriadi, Ernando, Koko Ari, dan R. Irianto adalah bakat muda Persebaya yang lahir dari embrio akademi Persebaya sendiri. Mereka dipaksa tumbuh cepat, dan bermain dengan berani, melebihi batas usia dan mental mereka sendiri.
Koko Ari, R. Irianto, Rizky Ridho dipaksa main 90 menit dengan tekanan yang begitu besar untuk mengamankan posisi. Begitu juga dengan Marcelino, Supriadi, Ernando meskipun tidak 90 menit bermain bersama, penampilan mereka sangat mengesankan. Tapi keberuntungan sedang tidak berpihak pada mereka, Persebaya Surabaya. Meskipun sempat membalas 2 gol, tapi tetap tidak mengubah hasil. Bahwa Persib memang lebih baik dari Persebaya Surabaya.
Berbekal bakat muda itulah, kiranya gambaran tim Persebaya untuk mengikuti Liga 1 tahun 2021 terlihat nyata. Komposisi bakat muda Persebaya tidak bisa diremehkan begitu saja. Perlu kolaborasi lintas negeri, dan lintas generasi agar tim impian Arek-Arek Suroboyo ini bisa terwujud. Tidak menutup kemungkinan ledakan-ledakan kecil bisa meletup begitu saja karena bakat muda Persebaya yang sangat potensial tersebut. WANI.
Dery Ardiansyah
IG @deardery