Merekalah Yang Memulai!

Bruno Moreira menendang bola dalam pengawasan pemain Bhayangkara FC/Foto : Liga Indonesia Baru
Iklan

1927 adalah salah satu kelahiran klub terbaik di Indonesia, sekalipun ada banyak klub di dunia ini yang berdiri di tahun 1927, namun Persebaya melekat di hati pecinta sepakbola Indonesia.

2010 adalah masa Persebaya di ambil semua haknya oleh federasi, bayangkan saja federasi yang dilahirkan oleh embrio Persebaya ini memaksa menyuntik mati klub tersebut bersama 7 klub lainya untuk berkompetisi di tanah air.

Persebaya 1927 adalah nama Perjuangan Bonek untuk mengambalikan marwah Persebaya sesungguhnya.

Tanpa tedeng aling-aling ada salah satu klub di wilayah barat Pulau Kalimantan yang menjelma menjadi pemersatu arek Suroboyo.

Iklan

Mereka mencatatkan namanya di gelaran Divisi Utama Liga Indonesia, bersama Borneo kala itu Persebaya Kubar alias Persebaya palsu ini naik kancah teratas kompetisi negri ini.

Persebaya DU mengakaui bahwa mereka adalah kebanggaan Surabaya yang sebenarnya , dengan membawa nama seperti Agu Casmir , Greg Nwokolo bahkan pemain yang pernah merumput bersama Manchester united Eric Djemba-Djemba.

Lebih Menyebalkan dari pada tentangga

Kelakuan Bhayangkara FC ini lebih Menyebalkan dari tetangga sebuah yang menjadi Rival Persebaya, bagaimana tidak , jika faktor geografis, budaya dan lain-lain yg bisa di tarik menjadi gengsi rivalitas dengan Arema, Bhayangkara ini benar-benar selalu membuat masalah dengan Persebaya, mulai dari berganti nya nama karena kalah sengketa hak kekayaan intelektual, mereka tetap ngotot ingin mencari simpati di Surabaya dengan mengganti nama dengan unsur Surabaya , mulai dari Surabaya United, Bonek FC dll. Hingga akhirnya PS Polri saat itu melakukan merger dan mengganti nya dengan nama Bhayangkara Surabaya dengan homebase Sidoarjo.

Kontroversi Juara Bhayangkara

2017 Bhayangkara resmi menjuarai kompetisi teratas Indonesia, mereka mengukuhkan gelar juara setelah mengajar Madura United dengan skor 3-1.

Tak ada ucapan selamat dari supporter, memang ada beberapa yang melakukan nya, namun alasan kenapa banyak yang tidak mengucapkan selamat  karena Bhayangkara sendiri memiliki kontroversi dalam pertandingan tersebut. Bayangkan saja ada beberapa point konyol yang membantu Bhayangkara menjadi juara saat itu .

  1. Mitra Kukar yang didzolimi

2017 Mitra Kukar memiliki pemain top yang pernah bermain di Premier league sekelas Daniel Gutrie dan Mohammed Sissoko, disini lah kelucuan terjadi, laga Bhayangkara vs Mitra Kukar selesai dengan skor 1-1, namun beberapa hari kemudian Komdis memberikan hukuman WO Mitra Kukar dan denda 100Jt  karena memainkan pemain yang sedang menjalani masa hukuman larangan tampil , Komdis menuding dengan memainkan Mohammed Sissoko Mitra Kukar memainkan pemain ilegal dan sanksi keras langsung turun kepada Mitra Kukar, sontak Tim Mitra Kukar protes bahwa Komdis melakukan kelalaian dikarena Mohammed Sissoko memang sedang tidak menjalani masa hukum karena memang bukan Sissoko.

  1. Bali United dipaksa pasrah

2017 Bali united adalah pemuncak klasemen di tahun itu , namun mereka harus tergusur dikarena Komdis memberikan poin penuh untuk Bhayangkara.

Statement kecewa juga dilontarkan pemain Bali United, Stefano Lilipaly dan Comvalius saat itu merasa kecewa melihat keputusan komdis konyol ini.

Kekhawatiran mereka akan hasil nanti ternyata terjadi , Bhayangkara menjadi juara usai poin sudah tidak terkejar Bali di laga terakhir, kejadian lucu ini yang menjadikan bahwa Bhayangkara memang tidak pantas menjadi camphions saat itu.

 

KURSI VOTER YANG DI DUDUKI

2016 Jakarta , Kongres PSSI memanas ketika jatah kursi klub Persebaya di ambil oleh Perwakilan Bhayangkara.

Andie Peci pentolan Arek Bonek, memprotes keras perihal tersebut, pasalnya agenda pembahasan pengembalian hak Persebaya untuk diakui di persepakbolaan Indonesia bisa terancam jika mereka tidak memiliki hak suara di dalam kongres.

Pasalnya Persebaya sudah jelas memenangkan semua nya di sengketa dualisme, lantas kenapa PSSI bisa mengizinkan Bhayangkara yang menduduki kursi Persebaya?.

Sontak hal ini menjadi jangal, karena memang ada hak yang di rebut lagi dari Persebaya oleh Bhayangkara FC.

 

Parade Juara, TMS dan statemen Konyol Bhayangkara.

Desember 2017, Bhayangkara mengadakan pawai juara di kota Surabaya, sontak Bonek dengan amarahnya melakukan penolakan dengan memasang spanduk di jalan-jalan Surabaya, spanduk bertuliskan “Anda Tidak Pantas Berkonvoi di Kota Kami “ Spanduk tersebut menunjukkan bahwa Bhayangkara memang tidak ada sangkut pautnya dengan simpati warga Surabaya, ditambah perihal TMS Persebaya yang masih dipakai oleh Bhayangkara FC.

TMS sendiri adalah sistem yang di rancang untuk memantau transfer pemian internasional, pendaftaran pemain negara dan asosiasi bertujuan untuk melakukan Transfer.

Jika tanpa TMS nantinya Persebaya kesulitan untuk melakukan transfer pemain asing, untuk mengarungi kompetisi Liga 1 nantinya.

Sudah TMS diambil dan mereka masih beraninya melakukan konvoi di Surabaya.

Konyolnya lagi sempat sempat nya mereka (salah satu orang instansi)

Mengatakan bahwa Bhayangkara sebenarnya mendukung Persebaya dengan menyediakan lapangan Polda untuk latihan tim Persebaya selama gelaran liga 2.

 

Puzzel Persebaya yang memilih Bhayangkara

Masih ingatkah kalian dengan nama Andik Vermansyah? Setelah kontraknya usai dengan Selangor , langkah Bonek selanjutnya mengembalikan mantan pemain tersebut untuk kembali kerumahnya bersama Evan Dimas, Bonek masih berbaik hati juga dengan nama Dutra kala itu yang sempat membela Bhayangkara sekalipun Dutra juga pernah memberikan rasa sakit hati terhadap Bonek.

Namun ada beberapa faktor yang menyebabkan alotnya negosiasi Andik Vermansyah dan Evan Dimas, salah satunya adalah faktor harga yang terlalu tinggi. Tidak tinggal diam , Bonek melakukan aksi donasi untuk membantu klub membiayai Andik kembali ke Persebaya.

Setelah banyaknya lika liku yang terjadi Bhayangkara adalah pelabuhan Andik Vermansyah dan Evan Dimas selanjutnya.

Rasa kekecewaan Bonek benar-benar meluap, ketika Andik malah memilih klub yang dari dahulu membuat gaduh di Surabaya.

Ditambah sekarang ada nama Ruben Sanadi dan Hansamu yang juga ikut bergabung di tahun ini.

Sudah lupakan saja soal Ngandol Truk ke G10N apapun itu yang menciptakan romantisme dengan Persebaya , di mata kami mereka hanya mencari nafkah untuk keluarga nya tanpa ada rasa malu kepada Bonek.

Apapun yang terjadi, jelas saat ini Rivalitas dengan Bhayangkara FC adalah bumbu tersendiri di Liga Indonesia, bukan karena kultur atau apapun , namun karena merekalah yang memulai dahulu.

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display