Persebaya melalui head hoachnya, Aji Santoso berkali-kali menjelaskan bahwa pembangunan fundamental kerangka tim Persebaya untuk jangka panjang dimulai dari musim ini. Hampir semua pilar skuad utama di musim lalu tidak akan lagi bersama Persebaya di musim depan.
Sebagai gantinya, Persebaya justru memberikan kesempatan melalui seleksi pada pemain-pemain muda didikan akademinya yang dulu pernah bergabung di EPA.
Bisa dipastikan bahwa di musim depan akan diisi oleh mayoritas pemain muda, pemain senior yang masih berusia muda, juga pemain asing yang semuanya juga benar-benar baru bermain untuk Persebaya.
Satu hal yang perlu dipertanyakan selain kekompakan tim yang harus didapat dalam jangka waktu yang singkat adalah soal mental pemain dalam bertanding.
Untuk laga away justru tidak terlalu membuat pusing, namun justru laga home akan terasa sangat berat bagi mereka. Pertama, bermain di Gelora Bung Tomo itu berarti harus meraih kemenangan.
Kedua, kehadiran ribuan Bonek di Gelora Bung Tomo akan memberikan tekanan tersendiri buat semua pemain untuk tidak hanya tampil bagus 100%, namun kalau bisa harus lebih sampai 200% performa dan potensi dikeluarkan.
Siapkah mereka? Siapkah skuad yang diisi anak-anak muda dan pemain yang sama sekali belum pernah merasakan atmosfer Gelora Bung Tomo?
Meski tidak seangker Gelora 10 November Tambaksari, namun bagaimanapun juga Gelora Bung Tomo melalui boneknya juga akan memberikan tekanannya sendiri bagi semua pemain kita.
Terbersit ide untuk kembali menggunakan tenaga psikolog tim seperti di musim 2019 lalu. Kala itu nama Afif Kurniawan M.Psi didaulat untuk mengisi posisi sebagai psikolog tim. Dosen Fakultas Psikologi Unair itu turut membantu tim melalui musim 2019 dimana perjalanan kita bak roller coaster hingga akhirnya meraih posisi runner up di akhir kompetisi.
Terhitung beliau turut mendampingi tim melalui beberapa periode buruk, saat bis pemain dihadang Bonek dan kiper Miswar Saputra terkena paido dengan kerasnya, pergantian kepelatihan dari Djajang Nurjaman-Wolfgang Pikal-Aji Santoso dalam rentang waktu semusim, dan tentu saja tragedi kericuhan supporter yang mengakibatkan beberapa fasiitas GBT rusak.
Psikolog tim memiliki peran yang tidak kecil, mereka tidak hanya berperan dalam peningkatan performa atlet saja, melainkan juga untuk mengatasi tekanan persaingan antar atlet dalam tim, membantu pemulihan atlet pasca cedera, membantu atlet mengikuti latihan sesuai dengan program, serta agar atlet dapat menikmati olahraga.
Apakah musim depan perlu menggunakan jasa psikolog tim seperti di musim 2019?
Atau cukup mengandalkan staff kepelatihan saja?