Setelah Bali United mentasbihkan diri meraih gelar jawara liga1 untuk kedua kalinya Maret kemarin, prestasi mereka dikaitkan dengan fasilitas training ground (TG) mereka yang berada di kawasan Purnama Beach, Gianyar.
Meski belum sepenuhnya tuntas, namun TG yang diperkirakan seluas tujuh hektar itu mulai terlihat dengan selesainya dua lapangan latihan dari empat yang direncanakan. Ini belum terhitung mess pemain, pusat kebugaran, dan head office klub..
TG bukan jaminan menjadi juara tiap musimnya, tapi jelas sekali fungsinya akan sangat vital bagi peningkatan performa tim.
Tak perlu membahas seberapa kaya keluarga Tanuri (pemilik saham utama Bali United) atau seberapa besar biaya yang akan ditelan oleh pembuatan fasilitas Training Ground itu sendiri.
Mari kita bahas klub kebanggaan kita sendiri, Persebaya Surabaya dengan presidennya, Azrul Ananda. Persebaya bukan Bali United, Azrul bukan Tanuri.
Jadi marilah kita tak terjebak pada rasa iri dan kecemburuan yang tidak pada tempatnya. Ibaratnya, kita tidak ingin menjadi pencemburu dan kepo kala tetangga kita mempunyai mobil baru, rumah baru, atau bahkan istri baru di rumahnya bukan? Dan kemudian berusaha mati-matian menyamai apa yang mereka miliki? Tidak perlu sebegitunya.
Lantas bagaimana kabar TG Persebaya sendiri? Di awal tahun 2020 lalu sempat terbersit rencana pembuatan TG Persebaya yang berlokasi di perumahan Griya Hati Hijau, perumahan milik grup property Dahlan Iskan, ayah dari Azrul Ananda sendiri.
Melalui Isna Fitriana Iskan, komisaris PT Properti Hijau Selamanya , dibuatnya kompleks Griya Hati Hijau memang diperuntukkan sebagai lokasi TG milik Persebaya. Mulai mess pemain, pusat kebugaran, pusat pemulihan pemain yang cedera hingga lapangan latihan yang berstandar internasional.
Dua tahun pandemi menghajar liga kita, termasuk Persebaya yang sesungguhnya ‘berencana menjadi juara’ di musim 2020 termasuk menjadi tim yang merasakan dampaknya.
Target juara sirna, pembelian mahal pemain-pemain bintang juga terasa sia-sia karena ketidaktegasan PSSI dan pengelola liga saat itu dalam membatalkan atau meneruskan liga.
Persebaya benar-benar terpuruk dalam kerugian yang besar, dan tentu saja mereka tertatih-taatih dalam melakoni musim kemarin meski akhirnya masih bisa mencapai target yang diberikan oleh manajemen.
Hingga kini Persebaya berlatih secara nomaden di lapangan latihan GBT, Stadion G10N Tambaksari, Lapangan Polda Jatim, Lapangan SIER, Gelora Delta Sidoarjo dan beberapa lainnya di sekitaran Surabaya.
Latihan kebugaran juga masih menggunakan Atlas Gym. Semuanya terhitung menyewa, bukan milik sendiri. Apakah ini termasuk dari rencana bahwa Persebaya menghidupkan roda perekonomian Surabaya, bisa juga karena Persebaya masih berharap kasus kasasi Karanggayam bisa segera selesai dalam waktu dekat dan segera kembali menggunakan Karanggayam nan legendaris itu.
Ataukah memang karena semua pengeluaran tim dihitung dengan lebih hati-hati lagi pasca pandemi kemarin. Semuanya masih sebatas asumsi, manajemen yang paling tahu persis apa yang mereka perlu lakukan.
Hal ini tentunya berpengaruh pula pada rencana pembangunan TG Persebaya di Griya Hati Hijau, apalagi Persebaya juga harus menimbang neracanya lagi buat membentuk skuad menghadapi musim depan. Seperti yang kita tahu, nilai kontrak pemain di musim depan akan melonjak naik secara tajam, mengingat hadirnya tim-tim sultan yang mengisi liga 1.
Sekali lagi, pembangunan training ground itu perlu pertimbangan secara teliti dan matang.Tidak perlu silau dengan apa yang ada dan terjadi di Purnama Beach, kekuatan kapital Bali United tidak terhitung jumlahnya, tidak perlu pula disaingi mati-matian yang justru akan membuat oleng kestabilan klub sendiri.
Persebaya punya “kapital” yang tak bisa dibandingkan dengan materi apapun, Bonek. Itu yang tak dimiliki oleh klub sekelas Bali United, bahkan dalam kurun 10 tahun mendatang.
Kita masih berada dalam track yang benar kawan, karena #KITAPERSEBAYA