Drama awal musim Persebaya selalu saja diterpa kekalahan dan hasil kurang memuaskan disetiap laga kandang maupun kandang.
Bukankah sudah biasa Bonek harus menelan berita pemain baru yang datang dengan segala harapan terbaik agar menjadi suksesor pemain sebelumnya?
Ingat era setelah Persebaya kembali dan menapaki kompetisi liga 2?
Tebak drama awal musim apa ? Drama pelatih Iwan Setiawan yang memboyong pemain entah darimana, belum lagi drama Iwan mengacungkan sebilah pisau ke arah Bonek yang tidak terima ketika melihat performa Persebaya yang sangat kurang diawal musim.
Selanjutnya saya rasa Bonek sudah tau alurnya, ganti pelatih bawa pemain baru, juara kompetisi dan kembali ke kasta teratas.
Siklus berputar ini selalu menjadi tontonan bonek disetiap musimnya, minimal 5 besarlah.
Secara pribadi saya benar-benar prihatin akan drama yang terus-menerus berulang ini, jika terus-menerus berulang siapa yang menjadi korban, tetap Bonek adalah korban siklus tersebut.
Ketika Bonek memiliki rasa kecewa dan melontarkan kekecewaan terhadap pemain dan manajemen klub dengan cara maido, sebagian Bonek lain memiliki pandangan jika semuanya harus bersabar.
Kata-kata khas mentuhankan salah seorang akan selalu menjadi senjata khusus untuk melawan Bonek yang meluapkan emosinya.
“Jika tidak ada Pak Ini, siapa lagi yang akan menyelamatkan Persebaya?“
“Supporter itu diambil dari kata support yaitu mendukung, bukan mencaci”
Terdengar sangat familiarkan? Siapa yang rugi? Yap benar pasti Bonek lah korban sebenarnya.
Bagi saya tidak peduli siapa Pak itu dan Pak ini, Persebaya punya nilai jual sendiri tanpa perlu mengganti logo, nama dan apapun. Memang siapa yang tidak ingin memegang Persebaya dengan segala kemudahan marketingnya? Tinggal Bonek sebagai pengawas memilih siapa dari mereka yang terbaik untuk Persebaya.
Belum lagi drama salah pilih pemain, setengah musim tampil lawak musim berikutnya ambil pemain baru, ditambah nostalgia pemain yang cabut dari Persebaya, pemain yang merasa dirinya dekat dengan Persebaya.
Entah mereka memancing dari sebuah postingan media sosial, interview wartawan dan lainnya.
Lantas kapan siklus ini berakhir berputar? Kapan Persebaya konsisten? Kapan pemain bisa membayar kepercayaan Bonek?
Salah jika saya bertanya kepada manajemen, jawabnya sudah jelas, Tidak ada target juara.
Salah juga jika saya bertanya kepada pemain, mereka pasti akan membandingkan sekelas Real Madrid yang diisi pemain bagus pasti pernah floop juga.
Jadi selama manajemen tidak punya sebuah target, selayaknya manusia tanpa cita-cita, siklus ini akan terus ada dan terus berputar. Bonek tetaplah korban sesungguhnya.