“Bagaimana dengan Juninho? Saya rasa tetap begitu saja, sudah turun mesin setelah match lawan Arema dan hari ini yang berubah hanyalah warna rambut saja”
Persebaya vs Persis Solo
Pada match melawan Persis Solo, sebenarnya squad Persebaya nggak buruk-buruk amat, beda seperti sebelumnya yang dari awal match sudah menurunkan pemain-pemain muda baru dalam line up.
Namun lini pertahanan Persebaya benar-benar dieksploitasi habis-habisan pada laga ini. Pemain belakang banyak yang kurang tanggap untuk menutup pergerakan lawan. Catatan saya sebelumnya yang dimuat oleh emosijiwaku.com dalam judul Siapa akan bangkit Persebaya atau Persis Solo, sudah menuliskan bahwa pemain Persis Solo khususnya yang berada dalam sektor penyerangan tidak akan segan melakukan shooting sekalipun peluang mereka kecil untuk melakukannya.
Dan nyatanya hari ini benar-benar terjadi. Hampir setiap shoot yang dilakukan Solo terhitung rebound maupun shoot on gol, sisanya masih melebar namun di sinilah pointnya, bahwa pemain Persebaya khususnya stopper terkesan mempersilahkan untuk menendang sebanyak mungkin ke gawang Persebaya.
Berbicara soal Persis Solo, sebenarnya mereka bermain juga nggak bagus amat, karena selalu membuang kesempatan untuk mencetak gol, belum lagi serangan minor Persebaya saja mereka masih kecolongan dengan taktik yang sama, ya itu meninggalkan pemain belakang hanya tersis tiga pemain.
Saya kurang paham apa yang dipikirkan pemain Persebaya, jika mereka berniat melakukan serangan cepat counter attack, kenapa dilakukan sangat lambat? Berbeda jika berkaca pada laga sebelumnya, Persebaya sangat cepat jika harus bermain counter attack, permainan bola menusuk dari dari sayap, melakukan cutback dan umpan terobosan tidak terlihat hari ini.
Banyak pemain juga telat panas dan enggan melakukan pergerakan menusuk maupun penguasaan bola, jika match berikutnya permainan seperti ini masih dilakukan, saya rasa kalian pemain Persebaya sudah saatnya mentasbihkan diri menjadi pemain medioker saja.
Toh melihat permain hari ini, malah saya lebih suka menonton pertandingan gala desa maupun fun football sebuah perusahaan yang bermain sekalipun hanya untuk bersenang-senang.
Dewa United vs Persebaya
Lanjutan pertandingan Persebaya vs Dewa United memang saya akui dari sekian hasil seri hari ini Persebaya berhasil memetik point penuh dengan unggul selisih satu gol.
Namun banyak catatan yang harus diperbaiki terutama kualitas lini belakang Persebaya, khususnya sektor Stopper, saya tidak membela Lelis hari ini, tapi memang benar Lelis juga butuh tandem yang cocok.
Dua “preman” Persebaya Dandi dan Riswan masih terlihat selalu telat menutup pertahanan dan lagi-lagi Ernando yang berjibaku untuk menyelamatkan gawang dari serangan pemain Dewa United.
Dalam sektor penyerangan juga tidak ada perubahan, permainan Persebaya yang dahulu mengandalkan kecepatan passing dan pergerakan menusuk pada match melawan Dewa United ini benar-benar kosong. Seakan semuanya bingung mau menerapkan pola menyerang dari sisi mana.
Tidak ada shoot on gol yang berarti, hanya ancaman yang terbuang sia-sia dari beberapa pemain khususnya pemain depan Persebaya. Memang saya akui gol kedua Deni Agus cukup baik dan bisa dikatakan berani, melakukan sebuah first time setelah menerima bola umpan dari Hidayat. Posisi menendang Deni ini sangat krusial alasanya sudah jelas, dia harus memutar badan dulu untuk menendang, dan syukur terarah menuju sudut jauh gawang. Sehingga kiperpun akan benar-benar kesulitan untuk menghalau bola.
Menit 38 adalah hukuman awal Persebaya dan dipaksa memungut bola dari gawangnya sendiri, ketika Lucas Ramos melakukan shoot dari kota penalty, Dewa United paham jika sektor lini tengah belakang Persebaya selalu terlambat menutup bola. Ditambah mereka punya pemain sekelas Fahmi Alyubi, Rangga Muslim, Natanael Siringgo-ringgo dan Karim Rossi yang memiliki determinasi speed serta penempatan posisi yang bagus.
Posisi belakang, Dewa United sering sekali kecolongan apalagi pada sektor bek sayap yang dikawal oleh Dias Angga dan Jajang Sukamara. Di posisi stopper pun sama juga Risto Mitervski juga sering telat untuk menutup ruang, namun Persebaya selalu kesulitan dalam mencetak tambahan gol.
Masuknya Vidal memang sedikit memberikan warna dan sebagai motor lini tengah, namun dua kali Vidal mendapat peluang dua kali juga gagal. Satu ditepis Syaiful Syamsudin dan satu lagi harus terbang diatas mistar.
Bagaimana dengan Juninho? Saya rasa tetap begitu saja, sudah turun mesin setelah match lawan Arema dan hari ini yang berubah hanyalah warna rambut saja. Jika Persebaya masih seperti ini pada laga lanjutan nanti, kasihan sekali Ernando seperti bermain dengan 11 pemain fun football, membayangkan saja jika nantinya putaran kedua, siapa yang masuk? Siapa yang keluar?.