Seperti kata Lao Tzu, “perjalanan ribuan mil dimulai dari satu langkah.” Persebaya Future Lab tidak akan pernah berhenti melangkah, demi kejayaan Persebaya di masa depan. Salam Satu Nyali: Wani!
Usai sudah kompetisi Elite Pro Academy Liga 1 Musim 2024-2025. Hasilnya seperti telah diketahui bersama, Persebaya U20 terhenti di 8 besar, Persebaya U18 terhenti di penyisihan grup dan Persebaya U16 terhenti di babak Grand Final. Perjalanan sepanjang musim penuh dinamika. Tercatat ada 93 pemain Persebaya Future Lab yang sempat mencicipi menit bermain di EPA Liga 1 musim ini. Apakah pencapaian ini adalah keberhasilan atau kegagalan? Jawabannya, belum tahu!
Ya, indikator prestasi keolahragaan sebuah pembinaan sepakbola usia muda adalah seberapa banyak pemain yang kemudian mampu bermain di level profesional. Jika di kemudian hari, ada beberapa pemain dari 93 pemain tersebut yang mampu mendapat menit main profesional, dan menit bermain tersebut membantu timnya meraih prestasi, maka pencapaian musim ini bisa dikatakan sukses. Jika tidak ada pemain yang dapat menit main atau kalaupun ada, pemain tersebut tidak membawa timnya berprestasi, maka pencapaian musim ini dapat dikatakan gagal.
Perjalanan menuju profesional memang penuh liku, acak dan tidaklah linear. Ernando Ari adalah pemain yang jalannya ajeg dan linear. Sukses menjuarai EPA U20 bersama Persebaya, ia kemudian menjadi punggawa Tim Utama Persebaya dan Timnas Senior. Jalan yang tak berlaku bagi Tony Firmansyah. Ia mengakhiri “karir EPA-nya” dengan kalah telak 0-6 dari klub tempat kerja saya dulu. Pasca EPA, Tony telah meraih 982 menit Liga 1. Sedang jebolan tim yang mengalahkannya di EPA dulu, hanya hasilkan 1 pemain dengan 30 menit Liga 1. Lain lagi cerita Alfredo Tata. Saat memperkuat Persipura EPA dulu, timnya termasuk yang sering jadi bulan-bulanan. Kini Tata adalah andalan Bajul Ijo yang telah mencatatkan 2037 menit Liga 1.
Sebelum laga Final EPA Liga 1 U16 lalu, saya menuliskan dua versi keyword Post Match Talk di buku catatan saya. Versi pertama adalah jika Persebaya U16 juara dan versi kedua adalah jika Persebaya U16 jadi Runner Up. Pertanyaanya, mengapa harus mempersiapkan Post Match Talk versi runner up? Bukannya seharusnya kita cukup membuat versi juara saja sebagai bentuk afirmasi. “Mestakung” alias semesta mendukung seperti kata Prof. Yohanes Surya, ahli fisika kenamaan itu.
Di post match talk, saya minta Alegra membaca keras-keras dua versi tersebut. Bek asal klub internal Indonesia Muda tersebut meneriakkan keyword versi runner up, “Kerja Keras Lagi!” ujarnya lantang. Lalu berikutnya giliran keyword versi juara. “Kerja Keras Lagi!” ujarnya makin lantang. Ya sama saja! Tidak perlu terlalu menyesal saat jadi runner up, Tapi seandainyapun juara, juga tidak perlu terlalu dibangga-banggakan. Biasa saja, karena apapun hasilnya, ya tetap harus “Kerja Keras Lagi!”. Kompetisi Usia Muda hanya seperti ujian sekolah. Rangking di sekolah tidak selalu menentukan sukses di dunia kerja setelahnya.
Kerja Keras Lagi! Itulah yang kami lakukan. Dua hari pasca final, tak menunggu lama, seluruh pemain Persebaya Future Lab langsung digelontor Tes Antropometri dan Sesi Rapor Akhir Musim. Setiap pemain dikupas kelebihan dan kekurangannya. Lalu di akhir sesi, setiap pemain diberi 3 target pengembangan individual yang wajib dicapai. Sebagian pemain perlu meningkatkan indeks massa tubuh, sebagian lagi perlu menurunkkan prosentasi lemak. Lalu ada pemain yang perlu meningkatkan kemampuan persepsi sebelum terima bola, dan seterusnya.
Mulai pekan depan, pemain juga akan dibekali program latihan mandiri selama bulan Ramadhan. Di sepakbola usia muda, bulan Ramadhan selalu menjadi Off Season. Biasanya aktivitas latihan akan menurun sejalan dengan masa off season tersebut. Hal itu tidak boleh terjadi untuk kami. Masa pemulihan di Off Season bukan berarti berhenti berlatih. Melainkan melakukan latihan pemulihan kondisi pasca kompetisi panjang dengan melakukan aktivitas fisik non sepakbola. Pada akhirnya “The Best Never Rest!”
Di bulan Maret mendatang, Persebaya Future Lab juga akan mengirimkan pemain dan pelatih ke Spanyol. Coach Fani Setyo Jatmiko akan belajar metodologi kepelatihan Individual di negeri matador. Selama dua pekan, ia juga akan melakukan kunjungan teknik ke beberapa akademi La Liga seperti Girona dan VIllareal. Sedangkan Maickel Prostasius akan magang di akademi Deportivo Alaves. Gelandang asal klub intrnal Al Rayyan ini akan ditempa selama dua pekan mengenal sepakbola Basque yang enerjik dan intensif.
Seperti kata Lao Tzu, “perjalanan ribuan mil dimulai dari satu langkah.” Persebaya Future Lab tidak akan pernah berhenti melangkah, demi kejayaan Persebaya di masa depan. Salam Satu Nyali: Wani!
Ganesha Putera
Kepala Persebaya Future Lab