Kerinduan yang memuncak saat tim kesayangan dipaksa tidak bisa berlaga. Kesetiaan yang diberikan saat menunggu sang kebanggaan kembali dari tidur panjangnya. Perjuangan tanpa kenal lelah, bertahun-tahun tanpa kejelasan nasib dan status.
Cobalah sesekali meresapi, pejamkan mata saat berada di tribun dengarkan chant kebanggaan, samar terlintas ingatan akan romantisme jalan panjang perjuangan. Kerinduan yang akhirnya terlampiaskan, kesetiaan yang akhirnya menuai balasan, perjuangan yang akhirnya dimenangkan.
Tanpa perjuangan Bonek, Persebaya tidak akan mungkin kembali. Pengakuan yang tak mungkin diberikan oleh petinggi olahraga di negeri ini, kalo tidak karena melihat perjuangan itu dengan mata sendiri. Di mana kau berada di situ kami ada, bukan sekedar slogan nyanyian, atau tulisan di spanduk saja, tapi sudah dibuktikan dengan aksi nyata.
Militansimu tak ada yang menyangsikan, loyalitasmu tak mungkin diragukan, perjuanganmu dulur akan selamanya tercatat didalam sejarah. Tak banyak tim di dunia yang mempunyai suporter seperti Persebaya, dan belum tentu suporter mereka sanggup melewati ujian sebagaimana yang Bonek telah lewati dan perjuangkan.
Jaga nama besar Bonek dan Persebaya. Nama besar yang tidak hanya dibangun dalam satu malam. Tapi melalui beratnya bertahun-tahun ujian dan perjuangan melawan semua keniscayaan.
Berbagai cara digunakan untuk menjatuhkan kalian, berbagai tipu muslihat dipakai untuk menghancurkan kalian, provokasi-provokasi seakan tak henti-hentinya menguji kesabaran.
Karena mereka tak ingin melihat kalian besar. Karena mereka tahu kalau Bonek tidak bisa dikangkangi, Bonek tidak bisa dibeli. Dan terbukti bahwa Bonek bukan hanya sekedar suporter, tapi bonek adalah simbol pergerakan, Bonek adalah simbol perlawanan terhadap kedzaliman pemodal dan kekuasaan.
Salam Satu Nyali, Wani!