Sore yang Aneh di “Kandang” Green Force

Suasana GBT saat laga PSBS vs Persebaya. Foto: Iwan Iwe/EJ
Iklan

EJ – Laga antara PSBS Biak melawan Persebaya sejatinya merupakan perpaduan sempurna. Pertandingan dilaksanakan pada hari libur dan digelar di kandang Green Force, meski kali ini, Persebaya bermain sebagai tim tamu. Laga ini juga sangat penting bagi Persebaya karena memastikan langkah mereka ke babak 8 besar. Namun di luar prediksi, pertandingan tersebut sepi penonton. Tidak nampak kemeriahan yang biasanya terlihat saat Persebaya bermain di GBT.

Satu jam sebelum laga dimulai, tribun stadion sore itu masih sepi. Tribun utara yang biasanya sudah dipadati Bonek Green Nord masih lengang. Tak ada spanduk besar “Emosi Jiwaku” yang selalu dipasang di depan tribun. Begitu juga dengan tribun selatan dan tribun-tribun lainnya. Spanduk besar atau kecil yang berjejer di pagar-pagar tribun tak banyak terlihat.

Lagu-lagu dukungan bagi Persebaya yang selalu diputar panpel tidak terdengar. Masih wajar karena panpel bertindak sebagai panpel PSBS.

Jam menunjukkan pukul 14.55 WIB, kick-off akan segera dimulai. Para pemain inti kedua tim bersiap di pinggir lapangan. Bonek tribun utara dengan kompak membelakangi lapangan sama seperti pendukung Manchester City yang melakukan selebrasi Poznan. Bedanya, mereka hanya diam tanpa melakukan gerakan atau teriakan apapun.

Iklan

Beberapa hari jelang laga digelar, memang berkembang rencana adanya aksi dari Bonek tribun utara. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas menuntut keadilan bagi Bonek. Insiden-insiden kekerasan yang menimpa Bonek di Osowilangun dan Jember menjadi dasar bagi mereka menggelar aksi ini. Demikian juga dengan ditetapkannya panutan mereka, Jonerly Simanjuntak, sebagai tersangka oleh Polrestabes Surabaya dalam kasus hate speech yang berujung tewasnya dua anggota PSHT beberapa waktu lalu.

Spanduk-spanduk dukungan untuk Joner menggantikan dukungan untuk Persebaya. “Truth is Never False # Kami Bersama Joner”, sebuah spanduk berwarna hitam yang terpasang di tribun utara.

Wasit Eno Sembiring meniup peluit tanda pertandingan dimulai. Namun suasana pertandingan di menit-menit awal tidak ramai seperti biasanya. Bonek seperti malas menyanyikan lagu-lagu dan yel-yel dukungan untuk para pemain. Hanya tepuk tangan yang terdengar saat pemain Persebaya mendapat peluang. Di tribun utara, Bonek bahkan tidak melakukan apa-apa. Mereka hanya menonton dan diam tanpa mengeluarkan suara apapun. Bahkan saat pemain Persebaya mengancam gawang PSBS.

Sepinya atmosfer stadion berjalan selama 15 menit di awal babak pertama. Setelah itu, Bonek tribun selatan menyanyikan lagu perjuangan. “Kami ini Bonek mania. Kami datang untuk Persebaya. Di mana kau berada, di situ kami ada. Kami ini Bonek Mania”, lagu kedua dari Bonek tribun selatan disambut meriah penonton di tribun lainnya. Mereka ikut bernyanyi bersama. Namun tidak bagi Bonek tribun utara. Mereka masih diam tanpa ekspresi.

Bunyi-bunyi drum ditabuh Bonek tribun selatan membuat pertandingan sedikit meriah. Namun itu tak mampu menghapus atmosfer pertandingan yang kurang greget. Dan itu ditambah loyonya permainan Persebaya. Hanya sedikit peluang yang tercipta. Alfredo Vera memang mengubah “The Winning Team” dan memutuskan merotasi para pemainnya. Rupanya, hal itu mempengaruhi permainan Persebaya. Praktis, hanya satu peluang emas yang dikreasi Ricky Kayame di mana tendangan jarak jauhnya di menit 40 hanya mampu membentur mistar Selsius Gebze.

Laga di babak pertama berakhir dengan skor kacamata. Peluit tanda berakhirnya babak pertama dibunyikan wasit asal Medan. Bonek tribun utara langsung walk out dari tribun. Sebagian dari mereka memutuskan untuk berpindah tribun. Tribun utara akhirnya kosong saat pemain kedua tim bersiap melanjutkan pertandingan di babak kedua. Hanya spanduk-spanduk dukungan untuk Joner yang masih tertinggal.

Spanduk bertuliskan “Keadilan untuk Semua. Save Bonek Bonita” dibentangkan Bonek tribun selatan di sentel ban saat jeda babak kedua. Lima Bonek membawa spanduk tersebut memberi pesan agar aparat berwenang menegakkan keadilan tanpa pandang bulu.

Di babak kedua, permainan Persebaya tak juga membaik. Dimasukkannya Rangga Muslim, Misbakhus Solikin, dan Rishadi Fauzi tidak berpengaruh apa-apa. Persebaya gagal memanfaatkan dominasi penguasaan bola sepanjang laga. Pertahanan PSBS sangat solid membuat Persebaya kesulitan menembusnya.

Penonton berteriak meminta para pemain agar segera mencetak gol. Nerius Alom membuat para penonton geram karena beberapa kali umpannya tidak akurat dan bisa direbut lawan. Hingga babak kedua berakhir, Persebaya gagal mencetak gol dan hanya bisa bermain imbang. Ini adalah hasil seri ketiga Persebaya di babak 16 besar. Meski begitu, Persebaya telah memastikan lolos 8 besar setelah Kalteng Putra bermain imbang dengan tamunya, Persigo Semeru FC.

Tak ada nyanyian anthem “Song For Pride” di tengah lapangan. Tak ada applause untuk Bonek dari para pemain. Tak ada kemeriahan dan keceriaan. Sebuah sore yang aneh di “kandang” Green Force”. (iwe)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display