Persebaya di babak 16 Besar berujung antiklimaks. Menjamu Kalteng Putra di kandang sendiri, Gelora Bung Tomo, Persebaya justru dipermalukan tamunya dengan skor akhir 0-1. Kekalahan Persebaya dari Kalteng Putra pada laga yang digelar Kamis (12/10) kemarin itu pun menambah rentetan hasil buruk yang diderita Bajol Ijo. Dari tiga laga terakhir di fase 16 Besar, Persebaya gagal menang dengan rincian dua kali hasil imbang dan sekali kalah. Lebih dari itu, Persebaya pun juga gagal mencetak gol dalam tiga pertandingan beruntun. Sebuah rekor buruk Persebaya semenjak kedatangan Alfredo Vera.
Persebaya bermain monoton
Menghadapi Kalteng Putra, Persebaya kembali menurunkan skuad terbaik setelah sebelumnya melakukan cukup banyak rotasi pemain kala jumpa PSBS BIak. Hanya Irfan Jaya saja yang absen pada laga kemarin. Duet paten Andri Muladi dan Fandry Imbiri kembali dimainkan sejak menit pertama, melengkapi kuartet lini belakang bersama Mochammad Irvan dan Abu Rizal. Sektor tengah ditempati oleh Muhammad Hidayat, Misbakhus Solikin dan Sidik Saimima. Sementara trio penyerang dipercayakan pada Rendi Irwan, Ricky Kayame dan Oktavianus Fernando.
Menurunkan komposisi pemain terbaik, permainan Persebaya pada laga sore kemarin malah terkesan membosankan. Green Force memang mampu mendominasi lini tengah. Tapi serangan-serangan yang kebanyakan diinisiasi oleh Misba dan Hidayat kerap menemui kebuntuan ketika bola sudah memasuki area distribusi. Rapatnya pertahanan Kalteng Putra membuat Bajol Ijo seperti menemui tembok tebal. Gelandang senior Ade Suhendra menjadi sosok penting dibalik kokohnya pertahanan Kalteng Putra.
Ade bermain taktis sebagai gelandang jangkar. Ia juga rajin memberikan cover kepada dua bek tengah Kalteng Putra, yaitu Bursanudin Ahya dan Budhiar Riza. Memainkan garis pertahanan rendah dan rapat, tim berjuluk Enggang Borneo itu sukses membendung agresivitas Persebaya. Permainan Bajol Ijo semakin terlihat monoton karena dua sayap mereka tampil di bawah form. Dalam laga kemarin, Rendi dan Ovan seperti lebih asyik “bermain” sendiri dan kerap kehilangan momentum ketika ada celah di lini belakang lawan.
Situasi deadlock yang dialami Persebaya terjadi hampir sepanjang babak pertama. Buntunya kedua sayap Green Force membuat Kayame yang bermain sebagai penyerang tengah kerap turun jauh ke tengah atau bergerak melebar untuk mendapatkan bola. Kayame dan Saimima menjadi dua pemain yang paling sering membuat peluang berbahaya di babak pertama. Kayame mencatatkan 3 tembakan, 2 diantaranya tepat sasaran. Sedangkan Saimima menciptakan 2 tembakan tepat ke arah gawang Galih Sudaryono. Penampilan Galih sendiri sangat baik di 45 menit pertama. Total, kiper senior tersebut membuat 6 kali penyelamatan sepanjang babak pertama.
Rivaldi Bawuo menghukum lini belakang Persebaya
Buntu di babak pertama, Alfredo Vera coba meningkatkan intensitas serangan Persebaya. Berturut-turut, Rangga Muslim dan Yogi Novrian dimasukkan. Rangga menggantikan Misba yang mendapatkan cedera di engkelnya. Sedangkan dimasukkannya Yogi (penyerang) menggantikan Abu Rizal “Rodeg” (bek kanan) jelas menunjukkan bahwa Alfredo tetap memburu kemenangan di laga ini.
Semakin gencar melancarkan serangan ke pertahanan Kalteng Putra, Persebaya seperti melupakan pertahanan. Andri Muladi dan Fandry Imbiri secara bergantian melakukan overlap hingga melewati garis tengah. Padahal, dalam situasi ini Persebaya bermain dengan tiga bek karena Rodeg sudah ditarik keluar. Sebuah pilihan tactical yang sebenarnya sangat beresiko.
Dan benar saja, pilihan Persebaya untuk menyerang total harus dibayar mahal. Menit ke-76, Kalteng Putra mendapatkan penguasaan bola di area tengah. Sebuah counter attack kilat pun mereka lancarkan. Melihat lubang menganga di pertahanan Persebaya akibat pemain-pemainnya terlalu asyik menyerang, Dennis Buiney berlari kencang di sektor tengah. Ketika Dennis memegang bola, terjadilah situasi 3v3 karena Fandry Imbiri sudah terlanjur naik terlampau jauh. Hidayat yang mem-pressing Dennis terlihat kalah cepat dari Dennis. Praktis bek yang tersisa hanyalah Andri Muladi dan M. Irvan. Padahal, di sisi berbeda, Muhammad Rais dan Rivaldi Bawuo sudah bergerak melebar untuk membuka ruang.
Melihat ada dua rekannya yang merangsek ke pertahanan Persebaya, Dennis memilih opsi mengumpan ke Rais yang berada di rusuk kanan pertahanan tuan rumah. Pilihan umpan yang cerdik karena orientasi marking Andri dan Irvan menjadi tertuju kepada Rais. Rivaldi di sisi kiri pertahanan Persebaya pun mendapatkan ruang yang lebih leluasa. Melihat situasi ini, Rais dengan timing yang tepat memindahkan bola ke Rivaldi. Satu tekukan Rivaldi berhasil mempecundangi lima pemain Persebaya yang terlambat melakukan coverage di lini pertahanan mereka. Tembakan akurat top scorer sementara Liga 2 itu berhasil merobek gawang Miswar Saputra. Kalteng Putra pun unggul satu gol atas Persebaya.
Memiliki waktu 13 menit untuk menyamakan kedudukan, Persebaya tak bisa berbuat banyak. Sementara itu, Kalteng Putra semakin menumpuk pemain di lini pertahanan mereka. Anak asuh Kas Hartadi itu pun sukses mempertahankan keunggulan satu gol hingga laga usai.
Bagi Persebaya, kekalahan dari Kalteng Putra semakin terasa menyakitkan karena terjadi di kandang sendiri. Gelora Bung Tomo pun ternoda kekalahan untuk pertama kalinya musim ini. Sedangkan Kalteng Putra, mereka tak hanya sukses memberikan kekalahan kandang perdana bagi Persebaya. Lebih dari itu, Rivaldi Bawuo dan kawan-kawan memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi Persebaya. Ya, Kalteng Putra berhasil mengalahkan Persebaya karena mereka benar-benar menyadari apa yang menjadi kelemahan Persebaya. Selain itu, Kalteng Putra juga memberikan warning bahwa Persebaya harus memiliki pilihan taktik yang lebih variatif karena game plan mereka sudah mulai terbaca lawan. Dengan kekalahan ini, ditambah dengan dua laga imbang sebelumnya, jelas Persebaya wajib melakukan evaluasi menuju babak 8 Besar.