November adalah bulan kesebelas dalam kalender tahun Masehi. Bulan tersebut sangatlah berarti, khususnya bagi warga Surabaya. Betapa tidak, peristiwa 10 November 1945 menjadikan setiap tanggal sepuluh bulan sebelas ditetapkan sebagai Hari Pahlawan. Peristiwa perang kota yang dilakukan warga Surabaya dan sekitarnya dalam melawan tentara Sekutu begitu dahsyat. Sikap menolak takluk dan mempertahankan kemerdekaan membuat pertempuran ini semakin heroik.
Semangat para pahlawan dalam pertempuran dahsyat di Surabaya tahun 1945 silam seperti memberi ilham kepada Bonek, pendukung setia Persebaya. Tentunya masih segar di ingatan kita ketika November tahun lalu, ribuan Bonek berbondong-bondong mendatangi Jakarta untuk mengawal proses kembalinya Persebaya dalam kongres PSSI di Jakarta. Dalam persitiwa Geruduk Jakarta #2 tersebut, Bonek menginap dua malam di bawah langit Stadion Tugu, Jakarta Utara. Sementara kongres dilakukan di kawasan Ancol. Tepat pada 10 November 2016, nasib Persebaya tetap digantung untuk dibahas kembali pada kongres berikutnya, yaitu tanggal 8 Januari 2017 di Bandung.
Sekitar 15 perwakilan Bonek saat itu mendatangi langsung dan bisa masuk sampai pintu ruangan kongres. Mereka dengan gagah berani dan elegan menyampaikan tuntutannya dengan membawa bukti-bukti hukum legal yang berlaku. Kecewa kedua kalinya. Setelah sebelumnya pada Agustus 2016 di tempat yang sama nasib Persebaya tidak diputuskan oleh federasi.
Sementara dulur–dulur yang lain berjuang di Jakarta, malam tanggal 10 November 2016 di Surabaya terjadi aksi massa Bonek. Luapan kekecewaan dituangkan dalam tagar #SurabayaMembara di jejaring media sosial, disertai aksi demo di berbagai titik di kota. Membakar ban dan flare pun mereka lakukan.
Di Stadion Tugu, Jakarta Utara, Bonek yang ikut Geruduk Jakarta jilid 2 langsung mengadakan diskusi menentukan langkah perjuangan berikutnya. Esok paginya, ribuan Bonek kembali ke Surabaya dan melanjutkan perjuangan. Perjuangan Bonek pun kembali dimulai di kota mereka sendiri. Banner dan spanduk bernada protes kepada federasi memenuhi tiap sudut kota hingga pelosok kampung. Dari Surabaya, tanah para pahlawan, api perjuangan Bonek semakin membara.
Keteguhan, ketulusan dan keyakinan dalam perjuangan mengembalikan Persebaya ini akhirnya membuahkan hasil. Ya, Persebaya kembali diakui oleh federasi. PSSI pun memutuskan Persebaya kembali berkompetisi, memulai langkah dari Liga 2.
Tanpa terasa, langkah Persebaya di Liga 2 usai “hidup” kembali telah memasuki separuh jalan. Tepat di bulan November ini, asa Persebaya untuk kembali berlaga di kompetisi level tertinggi Indonesia akan ditentukan dalam sebuah fase krusial, yaitu babak 8 Besar.
Seperti sudah digariskan oleh takdir, Persebaya dan Bonek akan kembali berjuang pada tanggal 10 November. Tepat tanggal 10 November 2017 mendatang, Persebaya akan memulai laga babak 8 Besar di Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi. Bukan perjuangan yang akan mudah untuk dilalui.
Manajemen, staf pelatih, pemain dan tentunya Bonek harus menjadi satu kesatuan membawa satu nama Persebaya. Sinergi adalah kunci utama dalam perjuangan di bulan pahlawan ini.
Berjuanglah pada tempat masing-masing dengan resonansi dan frekuensi yang sama. Akan selalu ada harapan jika kita semua masih punya niat dan kemauan.
Perjuangan dimulai dari sekarang. Persebaya sudah diakui lagi oleh federasi. Sekarang saatnya kita semua berjuang mengembalikan Persebaya pada tempat tertinggi.
Tentunya kita semua masih ingat kutipan terkenal pada saat perjuangan, yang saat ini masih sangat relevan untuk diaplikasikan. “Tak Akan Ada Kata Lelah” untuk sebuah nama dan kebanggaan Persebaya. Berjuanglah dan berjayalah!