Sedikit cerita pengalaman saya saat Celebration Game Persebaya melawan PSS Sleman. Dari siang, saya sudah niatan berangkat dari Sepanjang menuju ke GBT. Hujan lebat aku tebas, izin kerja setengah hari dengan ekspresi wajah memelas saya ajukan ke juragan. Sayang tiga kilometer dari stadion, kondisi jalan sudah macet parah. Kurang lebih dua jam, saya terjebak macet. Alhasil sudah lepas dari jebakan macet, akhirnya saya bisa memarkir sepeda motor yang tarifnya naik 100 persen!
Usai memarkir sepeda motor, saya berjalan kaki kurang lebih dua kilometer menuju stadion. Di sini arek-arek merambat jalan menuju stadion dan tidak bisa maksimal karena banyaknya sepeda motor dan mobil yang terhenti di tengah rute. Mereka terhenti karena kalah denga arek-arek yang berjalan dan imbas volume kendaraan yang tinggi. Akhirnya satu kilometer menuju ke stadion, saya tidak bisa jalan lagi. Saya kurang tahu masalahnya apa tetapi simpang siurnya aparat sudah menutup akses jalan ke GBT. Alasannya karena di sekitaran GTB sudah full. Mungkin sebagai antisipasi keributan.
Dari sini saya menyimpulkan bahwa panpel dan aparat bekerja kurang maksimal. Ketika hujan lebat, tidak ada aparat yang berusaha membantu kelancaran perjalanan (ini yang sesuai saya lihat ketika hujan lebat dan macet). Pada laga big macth seperti ini, panpel seharusnya bisa mensterilkan para pedagang dan semua jenis kendaraan di rute kurang lebih dua kilometer dari stadion. Tujuannya untuk memperlancar jalan agar tidak ada yang bertabrakan waktu desak-desakan antara mereka di sekitaran GBT yang ingin keluar dengan mereka yang masih di rute perjalanan menuju GBT.
Saya yakin masih banyak yang bertiket tapi tiketnya tidak ada gunanya. Apalagi tadi banyak perempuan yang pingsan, banyak yang ngajak anak kecil dan keluarganya. Bukannya tidak mau berkorban demi kebanggaan, tapi tolonglah lebih maksimal lagi. Jadi Bonek itu tidak gampang. (*)
*) Rio Setia Ananda, Bonek Ngawi