EJ – Tingginya harga tiket Blessing Game Persebaya melawan Sarawak FA membuat sebagian Bonek melancarkan protes. Di beberapa media sosial, sebagian Bonek memutuskan tidak menghadiri laga yang rencananya dipakai sebagai ajang doa bersama, launching tim dan jersey Persebaya di Liga 1.
Salah satu pihak yang memprotes kenaikan harga tiket yang dibandrol Rp 50.000 (Fans) itu adalah Green Nord (GN), Bonek penghuni tribun utara. Mereka mengeluarkan pernyataan sikap melalui website resmi GN. Sikap resmi GN adalah dengan tidak menghadiri Blessing Game yang rencananya digelar di Gelora Bung Tomo, Minggu (18/3) mendatang.
“Kami menyatakan dengan terbitnya artikel ini, Green Nord memutuskan untuk melakukan aksi solidaritas kepada sesama BONEK lainya untuk tidak menghadiri pertandingan persahabatan ‘Blessing Game’ pada 18 Maret mendatang,” tulis GN dalam artikelnya berjudul Industrialisasi Blessing Game, Ini Pernyataan Sikap Green Nord Tribun.
Aksi ini digelar sebagai bentuk solidaritas kepada Bonek yang tidak bisa menghadiri pertandingan karena kurangnya kemampuan finansial.
“Nominal tersebut, tentu menjadi beban tersendiri bagi sebagian BONEK, khususnya yang masih dalam usia pelajar. Kita semua tahu, pendapatan tiketing setiap pertandingan adalah potensi besar bagi sumber pemasukan keuangan klub, lantas menjadi pertanyaannya adalah apakah dengan terjualnya tiket, menjadi tolok ukur bagi management untuk menjustifikasi loyalitas BONEK kepada Persebaya? Jika memang seperti itu, tentu tidak fair kalau melihat bagaimana perjuangan BONEK selama lima tahun silam melawan kebijakan federasi yang mematikan klub ini secara sepihak,” tulis GN.
GN juga mempertanyakan sikap manajemen yang belum memberikan penjelasan terkait dengan naiknya harga tiket kepada para suporter.
Meski memutuskan tidak menghadiri Blessing Game, GN tetap akan memberi dukungan kepada Persebaya melalui nobar bersama komunitas-komunitas Bonek.
Di akhir artikel, GN menyatakan jika aksi solidaritas tidak semata-mata didasari atas ketidaksukaan mereka kepada manajemen. Namun lebih membudayakan kesadaran jika sepak bola adalah hiburan rakyat yang terjangkau bagi para pecinta sepak bola di Surabaya yang jauh dari sifat eksploitatif demi keuntungan bisnis manajemen. (iwe)