Menang ku dukung kalah ku sanjung…
Iku lak jaremu. Nek main apik yo disanjung. Wong maine koyok taek, ngono… Yo dipisuhi sing paling pas. Cik enake, main koyok gathel ngono kok disanjung. Ndase Abud kono sanjungen.
***
“Maine koyok taek…”
“Maine koyok taek…”
“Maine koyok taek…”
“Maine koyok taek…!”
Chant itu dilontarkan seluruh penjuru stadion pasca pertandingan, wabil khusus dari Tribun Utara. Dan saya setuju. Para fans itu memang tidak mengamuk dan menghancurkan apapun seperti yang mungkin ditakuti banyak pihak akan trauma masa lalu. Tapi tidak. Mereka lebih memilih untuk menciptakan chant hujatan. Dan yang lebih mencengangkan, mereka memilih membisu kala “Song For Pride” menggema. Sungguh penanda kemarahan dalam diam yang memilukan kalau para pemain dan official persebaya (mau) mencermatinya.
***
Soal “paido-memaido”, hal ini yang sebenarnya sangat biasa terjadi di masa lalu, di Gelora 10 Nopember. Main jelek? Yo siap-siapo dipisuhi. Untung mau gak diidoni. Kalau official Persebaya memilih untuk mengkonfrontasi kemarahan para Bonek tersebut alih-alih meminta maaf dan memperbaiki penampilan, ya jangan harap chant-chant hujatan tersebut akan hilang dari stadion kala pertandingan berlangsung. Itu adalah bentuk sayang dari mereka pada Persebaya. Kultur Bonek sebagai penjaga Persebaya yang menjadikan mereka adalah ruh terkuat dari Persebaya. Bond yang tak dapat dipisahkan.
Mohon, jangan dilawan. Cukup belajarlah dari apa yang salah kali ini. Mereka, seperti kata Jim Keoghan dalam buku Punk Football, bukanlah seperti penonton bioskop. Di mana saat bioskop memutar film jelek, mereka memilih tidak pergi ke bioskop. Atau, mereka seperti konsumen restoran, di mana saat restoran menyajikan masakan yang tak enak, mereka berhenti beli di sana. Tidak. Suporter sepakbola, dalam hal ini Bonek, takkan berhenti pergi ke stadion. Mereka akan terus berbondong-bondong ke stadion Gelora Bung Tomo tak peduli menang atau kalah, atau bahkan mendapatkan hasil akhir yang jancuk taek asu. (Suporter) sepak bola lebih dari hal itu. Tapi nek kalah dan main jelek terus, yo siap-siapo pengeng kupingmu, Zrul… Abud! Sebab, gelem gak gelem iki semua yo karena awakmu wong loro.
Paham?