Kalah dari Mitra Kukar, Mengkritisi Taktik Aneh Alfredo Vera

Alfredo Vera dan Misbakus Solikin. Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

Hari ini (29/4), saya dan Bonek semua dikejutkan oleh hasil pertandingan di Tenggarong, di mana pasukan Green Force digasak 1-3 oleh tuan rumah Mitra Kukar. Dengan hasil ini, Persebaya bertengger di papan tengah klasemen, di posisi 9 dengan raihan poin 8. Sementara Mitra Kukar naik ke posisi 11 dengan 7 poin.

Dari sejarah pertandingan, away ke pulau Kalimantan memang selalu berat untuk Persebaya. Namun untuk kompetisi kali ini, anehnya Mitra Kukar juga bukan tim yang terlalu superior di kandang. Dari 2 pertandingan kandangnya (sebelum melawan Persebaya), Naga Mekes meraih 1 kali menang dan 1 kali kalah. Yang menarik, kekalahan Mitra Kukar didapat di derby Kaltim melawan Borneo FC. Sementara kemenangan diraih melawan Madura United, yang notabene menghuni papan atas klasemen sementara. Padahal skuad mereka dihuni nama-nama yang kenyang pengalaman, baik itu di liga internasional ataupun Liga 1. Sebut saja Arif Suyono, Dedi Hartono, Bayu Pradana, belum lago top skor mereka Fernando Rodriguez sampai marquee player Daniel Guthrie.

Melalui uraian di atas, dapat dilihat bahwa memang lawatan kali ini untuk Persebaya adalah tidak mudah. Lalu kemudian sikap mengalah sebelum bertanding atau menerima saja kekalahan ini begitu saja, bukanlah hal yang dapat dibenarkan. Kita sebagai Bonek tentu sangat menyayangkan kekalahan ini. Berbagai analisa, kecaman dan kritikan sepertinya lebih banyak menghiasi kolom komentar di berbagai media sosial sebagai wujud perhatian Bonek kepada Persebaya.

Saya sendiri melihat ada yang aneh dengan taktik coach Alvredo Vera. Kita sama-sama menyaksikan bagaimana lini belakang bajul ijo sangat mudah diobrak-abrik Mitra Kukar. Belum lagi lini tengah yang nampak kebingungan dalam menahan laju bola ataupun ketika menyusun serangan. Lalu saya pun melihat komposisi tim di beberapa pertandingan yang sudah dilakoni.

Iklan

Pada lini belakang, Coach AV memasang pemain yang berbeda dibandingkan 2 pertandingan sebelumnya. Di saat Dutra dan Rachmat Irianto masih cedera, dan Ruben Sanadi yang harus absen, nampaknya coach masih bereksperimen dengan duet di jantung pertahanan dengan lebih memilih Fandry Imbiri dibandingkan M. Syaifuddin, yang di 2 pertandingan terakhir selalu di pasang dengan Andri Muliadi. Di lini pertahanan hampir praktis selalu terjadi bongkar pasang nyaris di semua pertandingan.

Lalu di lini tengah, coach AV memasang pemain yang berbeda-beda pula. Dengan tidak dibawanya Fandi Eko Utomo dan kembalinya Robertino Pugliara, coach AV memilih menampilkan pemain-pemain yang tidak sama dari pertandingan sebelumnya. Di lini ini bahkan praktis komposisi yang di pasang nyaris selalu berbeda dari match satu ke match yang lainnya. Catatan yang sangat mencolok dari pertandingan melawan Mitra Kukar adalah dicadangkannya punggawa Persebaya, duo captaint, Misbakus Solikin dan Rendi Irawan. Memang tim pelatihlah yang paling mengetahui kondisi terakhir pemain sebelum pertandingan. Tapi dengan selalu mengganti kompisisi, pertanyaannya adalah apakah ini bagian dari strategi tim? Atau memang coach AV masih dalam tahap bongkar pasang dan mencari komposisi yang pas di lini central ini. Kalau memang iya, adalah sangat rawan mengingat ini sudah memasuki kompetisi resmi, di mana pakem tim diharapkan sudah ada dan pemain sudah nyetel dengan kemauan strategi pelatih.

Praktis hanya lini depan dan sektor penjaga gawang saja yang nyaris tidak mengalami perubahan di 4 pertandingan terakhir (DDS masuk sebagai pemain pengganti di pertandingan away vs Persela). Dari catatan di atas, mungkin kambing hitam yang bisa dihadirkan sebagai kritikan adalah belum ditemukannya komposisi utama dari Bajul Ijo, di mana coach AV terlihat masih sering melalukan bongkar pasang. Selain itu, sifat ngeyel pemain juga tidak terlalu terlihat, terutama di pertandingan melawan Mitra Kukar. Ini bisa jadi dikarenakan susunan pemain yang selalu berubah-ubah. Belum lagi kemungkinan tim lawan nampak sudah membaca permainan Persebaya, di mana strategi dan variasi yang ditampilkan hampir selalu sama, menyerang menusuk melalui sayap.

Coach AV nampaknya harus segera menemukan pakem tim dan komposisi terbaik Persebaya, mengingat kompetisi sudah masuk semakin dalam. Pekerjaan rumah selanjutnya adalah bagaimana membawa kembali permainan ngeyel khas Persebaya disertai dengan umpan-umpan cantik menusuk yang variatif.

Di pertandingan selanjutnya, derby Jawa Timur di GBT melawan Arema FC, tim yang baru saja mendapat kemenangan pertama melawan pimpinan klasemen sementara Persipura. Menang sudah tentu menjadi harga mati pada pertandingan nanti. Hasil seri apalagi kalah adalah sangat terlarang dan bisa saja berujung pada hilangnya kepercayaan Bonek kepada tim pelatih dan pihak manajemen.

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display