Minggu, 6 Mei 2018 adalah hari yang bersejarah bagi pecinta sepak bola Jawa Timur, dan khususnya bagi Bonek dan Aremania. Bertajuk Derby Jatim, laga ini adalah laga besar paling dinanti setelah laga Persija vs Persib yang terpaksa ditunda dengan alasan keamanan. Saya tidak terlalu khawatir laga ini akan menyusul ditunda seperti Persija vs Persib. Yang pertama adalah, pihak keamanan sangat berperan penting dalam laga-laga Persebaya di Gelora Bung Tomo selama Liga 2, Piala Presiden, hingga laga kandang terakhir sebelum Derby Jatim digelar yaitu melawan Sriwijaya FC. Semua laga itu berjalan lancar, aman, tertib, juga terkendali.
Ini berkat pendekatan pihak kepolisian yang memanusiakan manusia kalau saya boleh mengatakan. Baik Bonek, Polisi, maupun TNI, bersinergi secara bagus, silaturahmi sering dibangun antar mereka. Yang kedua, dari elemen suporter, Bonek, yang sedikit demi sedikit mampu merubah pandangan masyarakat untuk menjadi lebih baik dan itu memang benar terjadi. Meskipun masih ada beberapa yang mengganjal, tapi perubahan itu mulai terlihat dan mulai terasa. Investasi kedewasaan suporter secara tidak langsung adalah salah satu faktor yang membuat izin menggelar laga dari pihak keamanan dengan mudah didapatkan.
Investasi Besar Pemain Muda
Hal yang saya garis bawahi sebelum laga kemarin adalah, siapa saja yang pernah merasakan Derby Jatim? Hanya nama Rendi Irwan satu-satunya nama yang pernah merasakan atmosfir laga ini di kompetisi Liga. Saat itu Persebaya bertemu dengan Arema di IPL (Indonesia Premier League). Sedang dari Arema FC ada dua nama senior, Dendi Santoso dan Juan Revi. Itu pun kala Derby Jatim ini terjadi di ISL musim 2009/2010. Namun yang menarik adalah ketiga pemain ini belum pernah bertemu secara langsung. Karena di musim 2009/2010 Rendi Irwan belum beramin untuk Persebaya, dan ketika IPL 2012/2013, Arema berbeda kompetisi dengan Persebaya. Namun mereka tetap saja pemain yang kenyang pengalaman akan Derby Jatim.
Rendi Irwan dan Dendi Santoso ada di stating line up kedua kesebelasan. Sementara 20 pemain lain yang rata-rata adalah pemain muda, baru bertama kali merasakan sensasi Derby Jatim di kompetisi Liga. Bisanya banyak pemain yang tiba-tiba demam lapangan, melihat riuhnya stadion, mendengar tuntutan harus menang. Dan syukur Alhamdulillah, para pemain Persebaya mampu mengatasi ketegangan yang benar-benar membuat semua tegang itu dengan sangat baik dan memetik hasil maksimal ketika menghadapi rival abadi mereka.
Pergantian Pemain adalah Kunci
Persebaya mampu menguasai jalannya pertandingan, memenangkan ball possession, memenangkan shoot, sedang tak satupun shoot on target kepada Miswar Saputra. Persebaya unggul segala-galanya atas Arema yang memasang stategi parkir bus. Pergantian pemain yang dilakukan Alfredo Vera adalah kunci kesuksesan Persebaya mencuri gol, David da Silva tentu langsung menjadi pusat perhatian pemain belakang Arema, akan tetapi muncul Misbakus Solikin dari lini kedua, setelah David da Silva menarik kesamping dua centre back Arema, Cak Mizz (sapaan akrabnya), yang berdiri tanpa kawalan mampu menceploskan bola dengan kaki kirinya. Dan Booomm…! Pecahlah seluruh isi dari stadion Gelora Bung Tomo di sore itu. Senja pun tersenyum.
Kemenangan Derby, Kemenangan Mental
Semua pemain Persebaya tampil apik, seluruh, atau apapun yang terlibat dalam pertandingan sore itu bersinergi dengan maksimal. Tentu masih sangat panjang perjalanan Persebaya dalam mengarungi kompetisi Liga 1. Melihat nama-nama yang tergolong baru untuk mengarungi kasta tertinggi sepakbola tanah air ini jika dibandingkan dengan klub-klub lain dengan materi pemain yang berpengalaman. Persebaya sedikit demi sedikit merangsek di papan atas klasemen Liga 1 sementara, hingga tulisan ini dimuat, Green Force nangkring di posisi empat klasemen sementara dengan raihan tiga kemenangan, dua hasil seri, dan dua kekalahan, total 11 poin, berbeda tiga poin dari pemuncak klasemen sementara Persipura Jayapura.
Perlu digaris bawahi adalah, kemenangan dalam sebuah Derby tentunya menjadi investasi besar laga-laga Persebaya selanjutnya. Sebuah klub akan mendapatkan suntikan mental setelah memenangkan sebuah Derby penting untuk memenangkan laga-laga selanjutnya, pemain lebih termotivasi. Suntikan itu berupa dukungan yang terus bertambah, kepercayaan antar pemain, rasa memiliki, dan tanggung jawab. Pemain-pemain muda Persebaya punya bekal yang cukup yaitu mental. Saya malah berharap minggu depan pemain-pemain Persebaya bertandang ke Kanjuruhan, supaya mental pemain dan kepercayaan pemain tetap terjaga dan terus bertambah, bukan untuk memetik hasil instan tentunya ya. Agar investasi Derby Jatim kelak menghasilkan pemain-pemain muda berbakat dan tangguh untuk sepak bola Indonesia.