Hingga pekan kedelapan yang dijalani oleh Rendi Irwan dkk, sudah 12 gol yang telah diciptakan para pemain Persebaya. Rataan mencetak golnya adalah 1,5 gol per gim. Dan jumlah kemasukan gol berjumlah 10 gol. Dengan kata lain, anak asuhan Angel Alfredo Vera ini kebobolan sebanyak 1,25 gol per laga.
Dari 12 gol yang telah tercipta, hanya satu gol yang tercipta dari skema bola mati. Yakni gol sundulan Sidik Saimima yang berawal dari tendangan sudut tatkala menghadapi tim tuan rumah Mitra Kukar di Tenggarong, Kutai Kartanegara. Sedangkan gol sisanya sejumlah 91,6 persen mereka ciptakan dari skema open play. Gol-gol yang diciptakan oleh para punggawa Tim Bajul Ijo ini semuanya rata dicetak dari semua sisi. Kiri, kanan dan tengah. Dan semua gol ini tercipta dari proses umpan terobosan, umpan lambung dan umpan silang. Sudah cukup lengkap sebetulnya. Tapi pasti perlu penyempurnaan dari pertandingan ke pertandingan.
Sedangkan dari 10 gol kebobolan Green Force, mayoritas memang karena tim lawan mengeksploitasi area kiri pertahanan. Sehingga mereka bisa melepaskan umpan silang yang menghujam sektor tengah persis di depan gawang Persebaya. Hal ini nyata terlihat dari proses gol yang dicetak oleh Douglas Packer, Paulo Sitanggang (Barito Putera), dan dwi gol Fernando Rodriguez (Mitra Kukar). Sedang satu gol lawan buah dari kesalahan passing Osvaldo Haay yang bisa dimaksimalkan menjadi gol oleh Alberto Goncalves (Sriwijaya), satu gol Diego Assis (Persela) dan gol Dedi Hartono (Mitra Kukar) buah miskoordinasi antara lini tengah dan belakang, serta yang paling aktual satu gol lagi hasil gol sundulan nan ghaib Lerby Eliandry (Borneo FC). Sisanya gol sundulan Dimas Drajad (PS TIRA) dan sebuah gol penalti Lerby menutup ulasan ini.
Dari data-data diatas, bisa disimpulkan bahwa lini penyerangan Persebaya bisa dikatakan cukup tajam. Namun kendati dikatakan cukup tajam, insting “membunuh” di depan gawang lawan harus lebih digalakkan. Karena ini adalah “koentji” untuk memenangkan pertandingan. Pun demikian dengan kualitas lini tengah dan belakang. Andai para pemainnya tidak silih berganti cedera atau absen karena akumulasi kartu, saya yakin Persebaya asuhan Alfredo Vera bisa kembali menampilkan gegenpressing yang impresif seperti di Liga 2 musim lalu. Karena dengan kerangka tim yang paten, permainan Persebaya tampak lebih nyetel dan ngeyel. Dikombinasikan dengan modal nekat, semangat dan tekad itu sudah merupakan ciri khas Tim Kebanggaan Arek-Arek Suroboyo.
Kalau mengambil sedikit reffrain lagu dari grup band tersohor asal Surabaya, Dewa 19 yang berjudul “Jalan Kita Masih Panjang” yang isinya penuh makna:
Jalan kita masih panjang
Masih ada waktu tersisa
Coba kuatkan dirimu
Jangan berhenti disini
Beri satu kesempatan
Cinta suci berbicara
Waktu ‘kan mengilhami
Kedewasaan hatimu
Bahwa memang betul jalan Persebaya di kompetisi tahun ini masih panjang. Masih banyak waktu untuk berproses dan belajar untuk menjadi lebih matang dan dewasa. Dan yang pasti, masih bisa terus berlari apapun yang terjadi.
Tetap berjuang. Tetap berlari. Dan tetap semangat!
Salam satu nyali. Wani! (dpp)