Assalamu alaikum Bu Risma. Apa kabar? Semoga ibu selalu dalam lindungan Allah SWT. Terima kasih atas taman-taman cantik yang ibu hadirkan di Surabaya dan membuat kota ini dikenal sebagai salah satu kota dengan tata kota terbaik se-Asia.
Oh iya bu, sebelumnya perkenalkan. Saya seorang mahasiswa yang berkuliah di sebuah PTS di Surabaya. Aku asli Arek Suroboyo bu. Dan yang pasti saya seorang Bonek.
Bu Risma yang terhormat. Apa kabar klub kebanggaan warga Surabaya? Iya bu, klub kebanggaan Arek Bonek yang sudah empat tahun dimatikan oleh federasi negeri ini. Miris rasanya saat tahu dulu ibu marah besar bahkan meso-meso karena Taman Bungkul rusak diinjak-injak akibat warga berebut pembagian es krim seharga belasan ribu. Tapi saat tahu Persebaya diinjak-injak oleh PSSI dan dihilangkan paksa, kenapa ibu diam saja? Apa ibu pura-pura tidak tahu? Padahal dua-duanya sama-sama ikon dan simbol dari kota Surabaya loh, bu.
Apa kami harus memohon dan mengemis uluran tangan ibu untuk hal yang seharusnya menjadi kewajiban ibu membangkitkan kembali salah satu ikon Surabaya? Kami yang menyuarakan aspirasi dengan massa ribuan hanya ibu beri sebuah kertas pernyataan yang sampai sekarang belum jelas realisasinya. Ironisnya, dulu ibu dengan mudah mengabulkan permintaan segelintir suporter yang mengatas namakan dirinya sebagai Bonek meminta agar Persebaya palsu diberikan izin berhome base di Surabaya plus potongan biaya sewa stadion. Kami bukan anak tiri, bu!
Mungkin ibu lupa, bahwa kota ini adalah Kota Pahlawan. Kota di mana cucu-cucu pahlawan lahir. Sekarang, cucu-cucu pahlawan itu bermetamorfosa menjadi seorang Bonek yang utuh dan tidak bisa diintimidasi dan dibeli oleh uang seberapa pun jumlahnya. Termasuk memperjuangkan Persebaya yang sesungguhnya, yang memiliki sejarah panjang di persepakbolaan nasional. Bukan klub antah berantah yang di bawa dari Kutai Barat kemudian hijrah ke Surabaya dan di bancaki sego kuning diberi nama Persebaya United dan sekarang berubah lagi menjadi Surabaya United.
Saya yakin dulu pada saat pilwali, mayoritas Bonek tidak memilih ibu. Karena mereka sadar ibu yang katanya ibunya Bonek tidak mendengar apa yang selama ini menjadi tuntutan mereka. Ayo lah bu. Sekali-sekali ibu ikut kami mengawal dan memperjuangankan kebanggaan kami, berpanas-panasan berdemo, hingga diintimidasi ormas berbaju doreng. Kami sudah kebal akan hal itu.
Saran saya segeralah realisasikan janji-janji ibu yang sudah ibu suarakan kepada kami. Mulailah ikut berpartisipasi mengembalikan tim kebanggaan masyarakat surabaya untuk kembali eksis di persepakbolaan nasional. (*)