Mahal itu relatif, kebanggaan itu mutlak. Mungkin saya naif mempercayai bahwa dengan apparel Persebaya yang swadaya (saya tidak suka menggunakan istilah non-apparel), hasilnya betul-betul akan linier dengan perkembangan tim di segala sektor usia. Tapi memang ini hal paling mendekati realistis.
Hanya sangat bersyukur bahwa Persebaya tidak (lagi) dihidupi dari panggung politik. Sudah cukup era roller coaster itu. Saya makin bersyukur setelah membandingkan dengan apa yang terjadi terhadap Sriwijaya FC akhir-akhir ini.
Untuk yang telah mengikrarkan diri sebagai paido boys, juga jangan lupa konsisten. Tetap memaido ketika bahkan tim ini menang, bukan hanya ramai ketika poin seret. Tentu dengan adab yang sesuai. Semuanya agar supaya tim juga selalu ingat untuk konsisten berbenah. Tapi dengan segala kerendahan hati, semoga bukan dengan cara mencoreti tembok store dengan aerosol spray. Itu vandalisme yang nggilani!
Ini tim yang menjadi wajah kita, simbol kota Surabaya dan kitalah (baik atau buruk) yang harus mempertahankan citranya, bukan mencorengnya dengan ketidakdewasaan.
Dalam bercinta, ada pasang surut, dingin panas, wajar-wajar saja. Tapi pastikan hanya kitalah yang menikmati indahnya gelora cinta ini, orang lain gak perlu tahu (kepo boleh), gak perlu diumbar-umbar. Cukup riuh di stadion, dan gencar beli produk ASLI terutama pas diskon.
Sejauh ini saya konsisten menjalani peran senyap sebagai kolektor memorabilia Persebaya. Yang siap mendukung dengan tenang. Yang konsisten lebih suka nonton di layar kaca dan sesekali nyetadion sambil makan lumpia di tribun VIP. Tapi saya yakin telah turut menyokong kegiatan dan keberlangsungan tim meskipun dalam skala sekecil-kecilnya.
Rek, aku konsisten gak tau nge-chant, gak apal lagu-lagune. Tapi aku tetep bangga kok sebagai arek Suroboyo, sebagai Bonek. Dianggep karbitan yo ben, aku gak ngurus, gak perlu klarifikasi. Karena saya yakin, tim Persebaya dan pendukungnya terdiri dari berbagai elemen, yang tentu punya cara sendiri-sendiri mengekspresikan kecintaannya.
Ada ‘wong tuo’ sing paham sejarah, ada ababil yang suka selfie di stadion, ada yang tergila-gila merchandise asli, ada yang garis keras, ada yang garis lunak, ada yang sepanjang laga bernyanyi, ada yang sebaliknya duduk manis, ada yang santun, ada yang korak, onok sing ayu, onok sing asu. Ya inilah keluarga besar kita. Semua layak mendapatkan kesempatan untuk mencintai Persebaya. Kedewasaan kita salah satunya ditentukan dengan bagaimana kita menerima perbedaan pandangan dan tata cara.
Tetap konsisten di jalur apapun kita berada, asalkan adabnya sesuai. Niscaya piala itu akan datang nantinya. Sabar dan konsisten adalah kuncinya! Ok Ok? OK Jooohhn! WANI!