Awalan musim Liga 1 akan digelar, manajemen dengan meledak-ledak menargetkan 5 besar, sebuah target minimalis bagi tim sebesar Persebaya. Rupanya manajemen tahu diri akan hal itu, terbukti, hingga pekan ke 18 Persebaya berkutat di peringkat 14, sebuah pemandangan miris dengan latar belakang histori dan suporternya yang militan.
Persebaya seperti hilang pesona. Jutaan orang pasti tercengang dengan raihan poin tim yang dibangun dengan spirit profesionalisme lahir batin, Liga 1 seakan tak bersahabat bagi tim-tim lawas sarat sejarah semacam PSIS dan PSMS Medan.
Ini bukan salah bunda mengandung, ini salah manajemen yang berhemat setengah mati dalam membangun tim. Pelatih seakan kebingungan menghadapi kompetisi yang begitu sengit, terbukti dengan pesanan pemain merujuk rekom sesuai skema miliknya pun kembang kempis tak menunjukan hasil.
Bahasa paling menghibur adalah “yang penting tidak degradasi sudah bagus” , itu sama dengan Bonek akan dibuat sport jantung mengarungi putaran kedua ini. Persebaya akan naik turun di 14-15 selama itu tidak di peringkat 16 maka keberlangsungan bisnis di Liga 1 tetap berjalan.
Segeralah berbenah yang baik. Laga home Persebaya pun tidak menjamin akan disapu bersih, sudah banyak bukti, apalagi laga away, Persebaya harus diselamatkan, atau kita dipaksa legowo numpang lewat di Liga 1 ini. Itu tidak boleh terjadi. Alfredo Vera dan Abud harus bertanggung jawab.
Yang tidak bersahabat ini ketatnya kompetisi, atau manajemen yang tak sanggup membangun tim yang kokoh, atau memang level managemen dan pemain hanya sebatas Liga 2, hanya Abud dan Alfredo Vera yang bisa menjawab.
Jika memang tak sanggup, segeralah angkat kain putih, lambaikan tangan ke kamera, cuci tangan dan muka, agar terlihat segar kembali.
Selamatkan PERSEBAYA!