Dirgahayu Indonesia, selamat merayakan hari kemerdekaan bagi kita semua. Hari paling bersejarah, hari di mana bangsa Indonesia mendapatkan hak-haknya sebagai negara yang berdaulat. Merdeka, sesuatu yang tidak hanya didapat namun juga harus dijaga. Dan kita sebagai kaum suporter juga harus merdeka tentunya, baik dari perlakuan maupun pola pikir.
Merdekanya kita (suporter sepak bola) saat kita bebas berpendapat, mengungkapkan apa yang kita rasakan. Sepak bola yang semakin bergeliat ini berdampak positif dan juga negatif. Akhir-akhir ini pengurus federasi selalu mengedepankan “sepak bola bola untuk rakyat”, sesuatu yang saya rasa pribadi sangat baik bagi masyarakat karena mereka adalah penonton yang mencari hiburan dari sepak bola. Tapi apakah ini juga baik bagi kami yang seorang suporter bukan penonton?
Bagi kami sepak bola bukan hanya sekedar hiburan, ada emosi yang kami bawa setiap kali datang ke pertandingan. Jika penonton puas dengan dihibur sepak bola namun berbeda bagi kami, tidak cukup sekedar dihibur kami butuh sepakbola yang sesungguhnya sepakbola yang fairplay, laws of the game, dan prestasi.
Ada juga beberapa keputusan federasi yang terkesan dipaksakan, mungkin bagi penonton itu sah sah saja tapi bagi kami malah terlihat “lucu”. Memang sepak bola modern sangat lekat dengan industri, jadi tentu pasarnya adalah suporter. Kenapa suporter? Karena suporterlah yang rela meluangkan waktu, tenaga, maupun materi. Namun seperti saya pernah berkutip “Selayaknya olahraga, sepakbola ada terlebih untuk prestasi bukan ekonomi. Sepakbola adalah kebanggaan bukan sekedar tontonan.”
Terlepas itu semua, pola pikir suporter juga harus merdeka. Perbedaan pendapat seharusnya tidak dipermasalahkan selama tujuannya masih sama untuk kebanggaan. Dan terpenting bisa menghargai pendapat orang lain, karena berbeda pendapat bukan berarti saling menghujat.
Merdeka!