Saya terhenyak membaca judul sebuah koran yang memberitakan jika Persebaya memberhentikan dokter timnya. Yang bikin saya kaget adalah pemakaian kata “dokter jurusan kandungan” di judul beritanya. Di antara banyak informasi dalam berita tersebut, mengapa kata “dokter jurusan kandungan” yang dipilih? Apakah tidak ada informasi menarik lain yang bisa diangkat sebagai judul ketimbang menggunakan kata-kata itu?
Keprihatinan saya bertambah ketika membaca komentar-komentar di media sosial. Banyak yang menertawakan profesinya sebagai dokter kandungan yang dianggap tidak cocok sebagai dokter tim Persebaya. Adhimas Hapto Prakoso, nama dokter muda itu, juga dituduh sebagian Bonek tak becus karena banyaknya pemain Persebaya yang cedera.
Saya langsung teringat dr Adhimas karena pernah mewawancarainya saat Persebaya sedang melakukan persiapan mengikuti babak 16 besar Liga 2 musim 2017. Dia direkrut Persebaya menggantikan dr Rachmat di tengah-tengah kompetisi. Wawancara saya lakukan di Stadion Jenggolo, Sidoarjo saat mendampingi Persebaya latihan rutin. Anda bisa membacanya di sini.
Pria asli Surabaya ini sangat ramah dan murah senyum kepada siapapun termasuk saya. Dia menceritakan bagaimana dia bisa menjadi dokter tim sebuah klub besar, sebuah profesi yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Saat itu dia mempunyai tugas berat mengawal Persebaya agar bisa naik ke Liga 1.
Dia juga menceritakan kepada saya jika spesialisasinya adalah dokter kandungan. Meski melenceng jauh dari olah raga namun menurutnya masih sedikit berhubungan terkait asupan nutrisi.
Saya tak merasa aneh tentang spesialisasinya sebagai dokter kandungan. Sepanjang dia bisa menjalankan tugasnya dengan baik sih tak ada salahnya. Pria berusia 31 tahun itu juga lolos sertifikasi yang diadakan PT Liga Indonesia Baru (LIB), operator kompetisi Liga 2. Dan memang terbukti di akhir musim, Persebaya menjadi juara. Saya yakin tak banyak yang melihat jasa dr Adhimas. Tak ada yang bilang jika Persebaya juara juga berkat peran dr Adhimas.
Judul di koran itu tak ada yang salah, semua sesuai fakta. Namun framing judul itu yang menurut saya bermasalah. Saya yakin jika dr Adhimas sedih membaca judul itu. Di akhir karirnya sebagai dokter Persebaya, dia lebih dikenang sebagai dokter kandungan ketimbang dokter tim yang sukses mengantar Persebaya juara Liga 2 dan promosi ke Liga 1.
Saya respect kepada dr Adhimas karena bagaimana pun juga dia pernah ikut membuat Persebaya menjadi tim juara. Kalau pun dia diberhentikan dari pekerjaannya sebagai dokter tim, itu tak lebih karena Persebaya mempunyai alasan lain. Apapun itu tentu tak elok rasanya jika dihubungkan dengan profesinya sebagai dokter kandungan. Kalau mau dicari-cari kesalahannya sih bisa saja tapi tetap tidak relevan.
Terima kasih dr Adhimas yang pernah menjadi bagian dari Persebaya. Saya adalah salah satu orang yang tidak akan melupakan jasa-jasamu. Selamat bertugas di tempat baru. (*)
*) Iwan Iwe adalah founder dan CEO Emosijiwaku.com, bisa dihubungi di instagram: @iwaniwe_ej