Hasil minor beberapa laga terakhir, ditambah penyelesaian masalah yang tak menyelesaikan malah memunculkan masalah baru. Ini membuat kita harus kembali akrab dalam ruang keterpurukan. Kita terperdaya oleh irama seri kalah seri kalah. Tim besar, tak pantas rasanya berada di papan bawah Liga Indonesia. Tim besar, bukan ceritanya sering mengalami kalah. Tim besar, tidak boleh pulang dengan berlarut-larut membawa oleh-oleh kecewa.
Tak ada yang mau, tak ada yang mengamini, tak seorang yang menyetujui bahwa posisi sementara urutan 13 adalah posisi terbaik bagi kita. Ketatnya liga dengan poin tipis tidak mungkin membiarkan tubuh kita untuk tidak berubah. Tidak bisa Bajol Ijo memperpanjang klesetan di kala yang lainnya terus mempercepat gerak larinya, mempertinggi jangkau terbangnya, memperdalam arungan penyelamannya. Masih nyamankah kita harus berleha-leha? Izinkan saya mewakilinya, dengan tegas harus kita jawab tidak!
Ayo bangkitlah, bukan waktunya untuk berleha-leha. Semua unsur: jajaran manajemen, pemain, suporter serta perangkat yang mendukung harus sejenak menoleh kepada diri, memastikan bahwa hati sudah pakem, hati sudah jujur — murni untuk membawa Persebaya berprestasi. Tak ada jalan lain, kecuali menjujurkan hati, menyepakati hilir, melepas curiga dan membangun rasa percaya antar semua unsur dalam istana Persebaya. Tak ada waktu tambahan lagi, tak ada babak tambahan lagi, tak ada babak penalti lagi untuk menahan pembuktian akan cinta kita semua, momentum kebangkitan, pelaksanaan kata-kata cinta berbalas cinta.
Yakinlah, musim ini kita akan mengakhiri pertarungan dengan gagah dan bangga yang berlipat ganda untuk menyapa musim depan dengan suara juara.
Wani bangkit yo, Jol?