Belajar dan Bertumbuh Kembang Bersama Bonek

Bonek Tribun Kidul: Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

Saya memang lahir di Kota Surabaya dan bertumbuh besar di Gresik, namun rasanya saya tak pernah lepas dari ikatan dengan Persebaya dan Bonek. Bonek yang dulu hanya sebatas sebutan untuk mereka-mereka yang bondho nekat.

Saya menyukai Persebaya mungkin tak seberapa lama seperti teman-teman Bonek dan Bonita lainnya. Saya suka Persebaya setelah Petrokimia Putra juara. Sejak saat itu pula saya rajin mengikuti berita sepak bola Jawa Timur di koran kesayangan kita, Jawa Pos. Berita tentang Persebaya selalu mendapat porsi besar waktu itu dengan gambar orang yang menggunakan ikat kepala Bonek.

Sedari awal mengetahui tentang perkembangan Bonek, saya dan keluarga sempat memiliki pengalaman yang lumayan buruk. Mobil kami pernah dipentung Bonek saat menuju Surabaya kota. Seingatku, saat itu bubaran pertandingan.

Pengalaman burukku yang kedua pun cukup mengguncang psikis. Karena sepulang sekolah SMA pernah dilecehkan oleh beberapa orang yang menggunakan kostum seperti Bonek. Siang itu, mereka mulai berdatangan dan banyak yang berkumpul di lingkungan Stadion Petro.

Iklan

Namun, dalam perjalananku mengenal Bonek seketika stereotip tentang mereka berubah total saat pertama kali akhirnya aku menginjakkan kaki di Gelora 10 November sekitar tahun 2012. Saya diajak seorang teman untuk menonton Persebaya karena dia tahu saya sangat ingin nonton Persebaya secara langsung di stadion. Kami masuk stadion itu sudah sangat berjubel dan hampir tak ada tempat duduk. Tiba-tiba seorang laki-laki dan pacarnya menawarkan tempat duduk untuk kami, padahal mereka saja sudah duduk dalam kesempitan. Oh men, ini Bonek Bonita baik amat sih, pikirku saat itu..

Kami memang tak saling kenal, tapi sepanjang menonton pertandingan itu kamu mengobrol layaknya teman akrab yang telah lama tak jumpa. Bahkan yang ku ingat, mereka sempat menawarkan minum dan makanan kecil untuk kami. Saat itu juga saya merasa memiliki saudara baru.

Kesempatan kedua saya menonton langsung Persebaya ialah ketika melawan Persib Bandung putaran pertama lalu. Saya sudah sempat membayangkan bagaimana berjubelnya Gelora Bung Tomo (GBT) dengan banyaknya Bonek, Bonita, Viking, serta Bobotoh. Tapi karena adik saya ngeyel pengen nonton Persibnya ya sudahlah, mumpung ada kawalan malah bersyukur bisa nonton.

Waktu di luar stadion, kami sempat dapat ‘ucapan selamat datang’ dari para polisi yang menjaga pertandingan alias kena gas air mata. Gara-garanya sih ada copet yang larinya ke arah depan kami, lah kami posisinya pas mau masuk pintu screening tiket. Sebelumnya, adik saya diteriakin beberapa Bonek minta kami lari menjauh dari situ eh ternyata terlambat dan lumayan pemanasan nangis sebelum akhirnya nangis beneran lihat Persebaya dibantai Persib waktu itu.

Masuk stadion pun para Bonek ini baiknya minta ampun, jadi terharu gitu. Tahu ada perempuan dan lagi berjubel masuk stadion, mereka minta saya dan adik saya masuk duluan. Mereka juga nunjukin tribun mana yang tempat duduknya masih lumayan kosong biar nggak terlalu berjubel dan lebih nyaman nonton. Nggak berhenti sampai situ, pas ambil kendaraan di parkiran itu karena tahu saya yang nyetir mobil eh para Bonek yang ngumpul di dekat pintu parkiran tiba-tiba buka jalan dan nyuruh kami keluar duluan. Gimana nggak sawanen kan pulang dari GBT?

Saya termasuk salah satu yang beruntung dapat merasakan secara langsung perubahan Bonek ke arah yang sangat lebih baik. Saya juga melihat perubahan ini dari postingan mereka di sosial media yang saya ikuti, benar-benar jauh dari kata seram, menakutkan, garang, atau bahkan ganas. Saat ini, bondho nekat nampaknya sudah tak layak lagi disandang Bonek dan memang benar seharusnya Bonek itu bermakna Bondho Nekat Kreatif.

Berbagai macam kegiatan positif sudah mereka lakukan, mulai dari bersih-bersih tribun setelah pertandingan, mengadakan kegiatan sosial, hingga membangun panti asuhan. Ah, saya sebagai mantan mahasiswa psikologi olahraga sangat merekomendasikan teman-teman dan adik-adik mahasiswa untuk melakukan penelitian tentang perkembangan Bonek ini sebagai suatu komunitas suporter yang besar. Saya jamin, kisah perubahan ini sangat perlu dipelajari oleh komunitas suporter dan manajemen klub lain di Indonesia.

Akhir kata, salam satu nyali! Wani!
Aku yo wani nang GBT lho, Rek!

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display