Juara Liga, menjadi pemasok pemain timnas, keuangan sehat, infrastruktur memadai. Mungkin semua yang saya sebutkan di atas adalah impian bagi seluruh stakeholder sepak bola Indonesia. Baik manajemen klub, suporter, dan semua yang termasuk dalam relasi klub. Mengawali tulisan dengan beberapa harapan positif dan juga impian akan lebih mengangkat optimism terhadap klub bola kesayangan kita khususnya Persebaya Surabaya.
Dalam beberapa hari ini, memang hangat di media. Bahwasannya, suporter Persebaya menuntut transparansi selama bursa transfer kepada manajemen. Hal ini sangat bagus, tidak ada suporter di Indonesia yang kritis untuk kemajuan tim. Akan tetapi, pihak manajemen yang terlihat dan terkesan sangat pasif di bursa transfer kali ini.
Perlu kita ingat, Persebaya berkompetisi di bawah naungan federasi (PSSI). Di mana belum adanya kejelasan kompetisi ke depan akan dimulai. Memang beberapa waktu lalu sudah diputuskan untuk kick off Liga 1 2019 setelah pemilu, tetapi kalau kita lihat beberapa tahun lalu, kans untuk keterlambatan kick off dari jadwal semula sangatlah besar. Hal ini membuat manajemen riskan untuk mengontrak pemain dalam waktu dekat ini. Semua ini sangatlah berbeda jika kita melihat kiblat sepakbola di benua eropa, di mana FA England, KNVB Netherlands, DFB Germany sudah membuat draft kompetisi 3-4 tahun ke depan. Tak heran, jika pemain dikontrak dengan durasi lama karena kepastian kompetisi yang bagus.
Kita tidak bisa menyalahkan supporter yang menuntut manajemen, karena nafas dan aset terbesar klub sejatinya adalah suporter. Bahkan, kita juga tidak menyalahkan manajemen. Karena kita berkompetisi dalam wadah yang sulit untuk ditebak. Presiden klub Azrul Ananda sering mengatakan bahwa akan membuat klub ini menjadi klub yang sustainable. Dalam paper yang ditulis oleh Stadtmann (2006) mengatakan bahwa ada 3 jenis struktur kepemilikan. Yaitu, the stock market model, the domestic private investor model, dan the foreign investor model. Masing-masing mempunyai ciri khas tersendiri, seperti kita lihat pada the foreign investor model. Chelsea dan Manchester City lah yang menjadi sorotan, dalam 10 tahun terakhir memang gelar juara lebih banyak didapat dibanding Arsenal yang memakai the stock market model. Padahal Arsenal memiliki akademi yang lebih bagus dibanding Chelsea dan City. Mungkin presiden klub kita bisa saja mengombinasikan keduanya. Bahkan jauh lebih baik, gelar datang dengan skuad binaan sendiri.
Yang perlu kita sadari, kita sebagai suporter akan selalu mendukung apapun yang terjadi dengan Persebaya. Akan tetapi bersabar juga hal yang perlu kita masukkan dalam dukungan kita. Karena Persebaya bermain di kompetisi yang secara wadah belum bagus. Salam satu nyali, Wani!
*) Firdausi Kahfi, Twitter: @17firdausi