Mainkan sepak bola di lapangan hijau. Piala Asia sedang berlangsung di Uni Emirate Arab. Salah satu tim dari Asia Tenggara yakni Vietnam berhasil lolos babak delapan besar. Sebagai bangsa yang masuk regional wilayah Asia Tenggara kita pun ikut berbangga atas capaian tersebut.
Di manakah Indonesia? Tidak ikut karena saat itu federasi sedang di-banned oleh FIFA. Sehingga tidak mengikuti babak kualifikasi. Kita semua hanya bisa menikmati pesta bola Asia melalui layar kaca.
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) baru saja menyelesaikan kongres tahunan pada 20 Januari 2019 lalu di Bali. Edy Rahmayadi mundur sebagai ketua dan Joko Driyono sebagai wakil ketua naik sebagai pelaksana tugas ketua umum untuk periode sampai 2020.
Pergantian pucuk pimpinan PSSI tidak mengubah pandangan masyarakat sepak bola kepada federasi. Justru semakin tajam dan gencar mengkritisi hal tersebut. PSSI kehilangan kepercayaan di mata publik. Joko Driyono adalah sosok lama dan dari rezim PSSI puluhan tahun silam.
Sementara Satgas Anti Mafia Bola yang dibentuk kepolisian semakin gencar bekerja. Beberapa nama dari lingkar dalam kepengurusan PSSI sudah menjadi tersangka skandal pengaturan skor atau match fixing. Tidak tanggung-tanggung beberapa Exco dan dari komisi wasit menjadi tersangka.
Tidak hanya itu terkait urusan administratif pun PSSI membuat semua pihak kebingungan. Tentang pendaftaran pemain asing TMS untuk piala AFC saja bisa kacau seperti yang menimpa Persija. Juga kepastian regulasi dan jadwal kompetisi musim 2019 juga belum keluar.
Ketidakpastian ini tentu sangat merepotkan tim-tim yang akan berkompetisi. Hubungan dengan budget gaji pemain, operasional klub dan dengan sponsor yang akan digaetnya. Belum lagi dengan agenda politik nasional yang akan berlangsung.
Klub-klub dan asosiasi pemilik suara sudah saatnya menyuarakan untuk adanya Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI. Situasi sudah sangat mendesak. Dengan tidak adanya kepercayaan publik terhadap PSSI, dan beberapa pengurus jadi tersangka serta indikasi negatif lain apakah para voter masih mempercayai kepengurusan yang sekarang?
Suporter sepak bola sudah mulai turun ke jalan saat kongres di Bali menyuarakan untuk KLB bahkan dengan lebih jelas untuk revolusi PSSI. Tidak cukup dengan berganti ketua tetapi wajib untukpenggantian seluruh kepengurusan yang ada sekarang. Tanggungjawab moral harus mereka terima.
Beberapa suara melalui media online suporter sudah memberikan statemennya. Tetapi inilah suara suporter yang bukan pemilik voter. Hanya bisa mendorong dan memberi tekanan moral kepada klubnya masing-masing dan PSSI langsung untuk perbaikan sepakbola nasional secara menyeluruh.
Inilah saatnya. Manfaatkan momentum bersih-bersih mafia bola. Sekecil apapun, mari kita ikut serta mendorong perubahan di tubuh federasi. Ayo kita semua jadi bagian untuk sepak bola yang lebih sehat dan bersih. Karena kita cinta sepak bola dan cinta Indonesia. Menuju prestasi dunia.
#KITAINDONESIA