Mari Belajar Menghargai Kuota Away

Foto: Yosia Reborn for EJ
Iklan

Liburan merupakan salah satu hal yang menyenangkan dan ditunggu-ditunggu oleh setiap orang. Tujuannya pun bermacam-macam, ada yang untuk melepas penat setelah dihadapkan dengan padatnya rutinitas pekerjaan namun ada juga yang ingin mengenal lebih jauh kota yang akan jadi tujuan berlibur.

Dalam konteks sepak bola, para suporter mengistilahkan dengan slogan “awaydays”. Bertandang ke stadion lawan merupakan hal yang paling ditunggu oleh setiap suporter dalam gelaran kompetisi apalagi jika daerah tersebut memiliki tempat wisata yang indah, jarak yang relatif dekat hingga memiliki hubungan harmonis dengan klub kebanggaannya.

Bukan bermaksud mengesampingkan kota-kota lain yang memiliki wakil di Liga 1 2019, Jakarta, Bandung, Bali, Yogyakarta, Malang, dan Surabaya dirasa menjadi destinasi favorit untuk melakukan awaydays. Selain masih terletak di area Jawa-Bali yang bisa dijangkau dengan akses transportasi darat maupun udara dengan biaya bersahabat, daerah-daerah tersebut juga memiliki banyak tempat wisata dan yang terpenting adalah kultur sepak bola yang sangat kuat.

Momok Bagi Klub yang Memiliki Stadion Kapasitas Kecil

Iklan

Awaydays akan menjadi momok bagi klub-klub maupun suporter yang memiliki stadion berkapasitas tidak terlalu besar karena mereka akan kesulitan menampung animo luar biasa dari suporter tamu. Contoh: Bali United vs Persebaya. Berkaca musim lalu stadion Dipta, Gianyar ini hanya memiliki kapasitas sebanyak 25.000 penonton dan itu sudah terpenuhi oleh suporter tuan rumah (NSB dan Semeton) namun sesuai regulasi FIFA mereka harus mengalokasikan 5 persen jumlah kursi untuk tim tamu. Dengan arti Bali United hanya sanggup menampung 1.250 suporter tamu. Akan tetapi ketika melawan Persebaya, hal di luar dugaan terjadi. 15.000-20.000 Bonek menginvasi Pulau Dewata dan terjadilah beberapa perbuatan kriminal dari Bonek akibat invasi besar-besaran tersebut (saya tidak menggunakan kata OKNUM karena siapapun yang berpakaian Bonek/Persebaya adalah Bonek dan kewajiban bagi kita untuk terus mengedukasi mereka).

Patuhi Kuota Away = Respect Tuan Rumah

Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Begitulah pepatah lama mengatakan. Kita harus menghormati yang punya “rumah“. Hal yang paling sulit dalam sepak bola adalah membendung fanatisme seseorang terhadap klub kebanggaannya. Ibarat memberikan kepada nasihat orang yang sedang jatuh cinta, saran apapun akan ditolak mentah-mentah. Kewajiban kita adalah terus mengedukasi mereka untuk belajar menghargai tuan rumah dengan salah satu caranya patuh terhadap regulasi kuota away. Sama dengan kita, suporter lain pun ingin mendukung klub kebanggaannya dengan nyaman dan aman ketika berlaga dirumahnya sendiri. Walaupun kalian absen away tidak akan melunturkan kadar ke-Bonek-an teman-teman.

Meminimalisir Kriminal dan Tidak Merugikan Tim

Satu hal yang harus diingat jika terdapat kerumunan massa yang padat di suatu titik ataupun wilayah, potensi terjadi perbuatan kriminalitas cenderung tinggi. Begitu pun untuk mereka yang memaksakan mendukung tim pujaannya bertandang meskipun kuota yang diberikan sangat minim. Potensi bentrok dengan warga lokal sangat tinggi mengingat setiap orang yang sudah memakai jersey maupun atribut tim kebanggaanya akan selalu bersikap superior dan ingin menang sendiri (berlagak jagoan). Itu masih di wilayah luar stadion, jika terjadi chaos di dalam stadion tentu ranahnya akan merugikan tim pujaannya sendiri. Hal tersebut bisa berujung denda komdis, larangan bertanding, pencekalan away oleh keamanan setempat hingga yang paling ekstrem bisa berujung diskualifikasi dari kompetisi resmi. Selain itu juga untuk menghindari friksi dengan suporter tuan rumah yang merasa terganggu dengan ketidaknyamanan tersebut.

Berjuang Bersama, Jaga Bersama, karena Kita Persebaya!

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display