Kota Pahlawan, begitulah kami dan banyak orang menyebutnya. Bukan tanpa alasan kota ini disebut sebagai Kota Pahlawan, butuh waktu yang tidak sebentar untuk menjelaskan berbagai alasannya. Surabaya banyak melahirkan dan membesarkan tokoh pejuang yang namanya tidak mungkin asing ditelinga warga +62 ini. Dari Bung Karno, Bung Tomo, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Bukan hanya itu, hari ini tepat 74 Tahun yang lalu ribuan arek Suroboyo berbondong-bondong datang ke Hotel Yamato (Sekarang Hotel Majapahit) dan merobek bendera Belanda. Sebuah peristiwa yang menjadi salahsatu factor pecahnya perang 10 November yang saat ini kita kenal sebagai hari Pahlawan. Peristiwa itu abadi dalam catatan sejarah dan bisa kita jumpai di berbagai macam sumber.
Betapa “Sangar” peristiwa tersebut, arek-arek Suroboyo datang hanya bermodal nyali yang resiko dari peristiwa tersebut bukan persoalan remeh temeh. Karakter bernyali itulah yang melekat dari generasi ke generasi, bahkan juga pada kelompok supporter bola asli Surabaya, Bonek Mania. Tidak bisa dipungkiri, Nyali dan Nekad sangat mudah sekali diejawantahkan dalam berbagai macam bentuk baik positif maupun negatif. Bonek bisa tunjukkan bahwa bentuk negatif yang dulu melekat, perlahan mulai hilang.
Tak hanya itu, karakter ngosek pun dari generasi ke generasi juga melekat ditubuh Persebaya yang selama ini menjadi kebanggaan arek Suroboyo. Teruntuk para punggawa Green Force, Jika saat ini karakter itu mulai beranjak sirna maka KEMBALILAH! Kembali tunjukkan permainan Ngeyel dan Wani. Surabaya 19 September 1945 pernah menjadi saksi, bahwa nyali wani, ngeyel, dan “ngosek” menjadi kunci sukses sebuah perjuangan.