EJ – Tiga pelatih sudah menangani Laskar Antasari sejauh ini. Produktifitas gol mereka sebenarnya tidak buruk-buruk amat. Tetapi jumlah kebobolan mereka paling banyak di Liga 1. Kedatangan pemain dinilai mampu mendongkrak performa tim. Seringnya merombak pemain juga dianggap menjadi salah satu alasan inkonsistensinya Barito Putera. Karena dalam tim tersebut dihuni beberapa pilar yang menjadi langganan Timas. Catatan laga kandang mereka pun terbilang minor.
Jamu Persebaya dengan Modal Nekat
Berada di jurang degradasi membuat Barito Putera harus ekstra bekerja keras di sisa musim ini. Dengan hanya meraih tiga kemenangan dari 20 pertandingan yang dimainkannya, serta menjadi tim dengan jumlah kemasukkan paling banyak yakni 40 gol. Membuat PR besar bagi Djajang Nurdjaman disisa 14 laga musim ini.
Menjamu Persebaya di Stadion Demang Lehman, Martapura, Sabtu (28/9) menjadi tantangan tersendiri, sebab tiga pertandingan kandang terakhirnya selalu berakhir dengan kekalahan. Sedangkan sang lawan, Persebaya punya catatan apik saat away. Empat pertandingan tandang terakhirnya tak sekali pun menelan kekalahan. Melihat dari skuad yang ada, anak asuh coach Djanur tak seharusnya berada di zona degradasi. Inkonsistensi permainan menjadi penyebab gagalnya Barito Putera musim ini.
Menjamu Persebaya setelah kalah dua kali beruntun menjadikan modal Evan Dimas dkk ini hanya sebuah kenekatan, toh sejauh ini coach Djanur juga masih utak-atik formasi dan pemain.
Empat Pemain Asing Didatangkan di Paruh Musim Kedua
Barito Puetra langsung bergerak cepat dengan mendatangkan beberapa pemain di antaranya empat pemain asing sekaligus yakni Cassio de Jesus bek, Francisco Torres striker , dan dua pemain tengah yaitu Kosuke Yamazaki dan Sackie Doe yang datang paling akhir di antara yang lain. Meski baru bergabung, tetapi Djanur langsung memberikan tempat pada mereka. Kurang bersinarnya Evan Dimas, Bayu Pradana, serta Rizky Pora mendapat perhatian lebih. Pasalnya ketiga pemain yang termasuk dalam langganan Timnas tersebut musim ini tampil di bawah performanya.
Dengan datangnya pemain-pemain baru tersebut memang sedikit banyak mampu memberikan perbedaan sejauh ini. Yamazaki dan Sackie Doe terutama punya peran yang cukup terlihat ketika Barito Putera bertandang di markas Persija. Meski kalah tetapi dua pemain tersebut menjadi penghidup bagi Evan Dimas yang sebelumnya kesulitan mencari partner di lini tengah. Cassio de Jesus yang ditampilkan penuh di lini pertahanan pun cukup bisa membuat tenang penjaga gawang M. Riyandi.
Juga dengan striker anyar mereka Francisco Torres yang sudah mencetak satu gol di debutnya saat melawan Bhayangkara meski melaui titik pinalti.
Formasi 4-2-3-1 ala Djajang Nurdjamana
Selama beberapa musim terakhirnya mulai dari menangani Persib, PSMS, dan juga Persebaya. Coach Djanur hampir pasti selalu menggunakan formasi andalannya di 4-3-3. Tetapi 4-2-3-1 ini pernah Djanur gunakan saat melawan Bhayangkara FC. Meski kalah telak 1-4 saat itu. Tetapi tampaknya Djanur perlu menggunakan formasi ini kembali. Namun dalam pertandingan melawan Persija Djanur malah kembali menggunakan 4-3-3 di mana lini tengah diisi oleh Evan Dimas, Ssackie Doe, dan Yamazaki. Sejauh ini dua formasi yang dilakukan Djanur tersebut terkesan coba-coba. Dengan masuknya pemain-pemain asing baru yang cukup punya kwalitas tersebut harapan sebenarnya ada pada 4-2-3-1 karena lini tengah Barito Putera sekarang mempunyai skuad yang berlimpah. Ditambah calon lawannya kali ini punya lini tengah yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Tetapi akankah inkonsistensi ini masih berlanjut dengan utak-atik formasi dan pemain ini?
Catatan Sepak:
Hasil minor di kandang sendiri ini tampaknya masih menjadi PR lain bagi Djanur. Bahkan di di delapan pertandingan terakhirnya Barito Putera hanya mampu mencatatkan satu kemenangan dan satu hasil seri, selebihnya adalah kekalahan. Sebaliknya calon lawan yakni Persebaya catatan impresifnya di partai tandang. Dari empat laga tandang terakhirnya anak asuh Wolfgang Pikal tersebut mampu mencatat tiga kemenangan dan satu hasil seri. Barito Putera jelas akan menghadapi lawan yang jago tandang.
Jika lini kedua Barito Putera bermain bagus dan mendengar arahan Djanur sebagimana ia adalah mantan pelatih Persebaya yang musim lalu dia punya peran penting ketika mengangkat kembali tim kebangaan Bonek tersebut naik dari papan bawah ke peringkat lima akhir musim. Paling tidak Djanur tahu betul bagaimana cara menghentikan langkah Persebaya, meski saat ini Persebaya menjadi tim yang sangat berbeda dengan gaya melatih Djanur. Barito Putera tentu tidak bisa mengandalkan rekor head to head pertemuan. Memang dari catatan tersebut Barito Putera lebih unggul dari Persebaya. Dari lima pertemuan terakhirnya tiga kemenangan mampu ditorehkan Barito Putera sedangkan Persebaya hanya menang satu kali, sedang sisanya adalah hasil seri. (riz)