Sebagai seorang pencinta klub Persebaya Surabaya, terbersit sebuah pertanyaan besar: “Adakah pemain Persebaya yang angkat senjata dan gugur saat terjadi Perang 10 November?“ Sebab bukan tidak mungkin hal tersebut terjadi seperti halnya tewasnya beberapa pemain Liverpool FC saat Jerman membombardir Kota Liverpool yang terjadi antara Bulan Agustus 1940 hingga Bulan Mei 1941. Peristiwa ini lebih dikenal sebagai Liverpool Blitz. Beruntung akhirnya pertanyaan ini terjawab berkat bantuan dari kawan saya bernama Ady Setyawan, Sejarawan muda Kota Surabaya. Banyak data awal diperoleh dari informasi beliau.
Tanggal 10 November adalah tanggal bersejarah yang selalu diperingati oleh Bangsa Indonesia sebagai Hari Pahlawan. Peringatan ini memliki arti mendalam bagi masyarakat yang berdomisili di Kota Pahlawan, Kota Surabaya. Bagaimana tidak, tanggal 10 November 1945 adalah puncak perang kota yang legendaris antara Arek-Arek Suroboyo melawan Sekutu (dalam hal ini dinamakan sebagai AFNEI: Allied Forces Netherlands East Indies) yang dikomandoi oleh Inggris pimpinan Mayjen E.C. Robert Mansergh.
Perang ini meletus karena dua hal: Terbunuhnya komandan 49th Fighting Cock Brigade, Brigadier A.W.S Mallaby, dalam suatu insiden di malam hari pada tanggal 30 Oktober 1945 yang berlokasi di sudut Jembatan Merah, Kota Surabaya serta membangkangnya Arek-Arek Suroboyo karena tidak mematuhi perintah Sekutu untuk menyerahkan senjata. Ketika itu segenap penduduk Kota Surabaya mengangkat senjata dan memberikan perlawanan habis-habisan melawan pihak Sekutu. Mereka tak mau tanah yang sudah merdeka kembali diinjak-injak oleh bangsa asing penjajah.
Tak terkecuali bagi Soegiarto, pemain belakang Persibaja. Dirinya terpaksa menanggalkan sepatu bolanya dan ikut mengangkat senjata ketika Pasukan Inggris mulai memasuki Kota Surabaya. Dinukil dari buku berjudul “Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya” karya Blegoh Sumanto dan buku “Pertempuran 10 November 1945 Kesaksian & Pengalaman Seorang Aktor Sejarah karya Bung Tomo”, diketahui bahwa kala itu tanggal 15 November 1945, Pasukan Inggris yang telah menguasai Alun-Alun Contong mencoba merangsek ke sisi Selatan Kota Surabaya. Pertempuran pecah diberbagai sudut kota. Salah satunya terjadi di daerah Kapasan. Pasukan Indonesia yang kalah persenjataan terpaksa mundur sampai hingga ke daerah Kapasari dan Tambaksari.
Di daerah Van Sandict Straat (sekarang Jl. Residen Sudirman), kontak senjata berlangsung sengit antara Pasukan Pertahanan Pemuda kantor Kota dan Pasukan Inggris. Dalam situasi tembak menembak ini, Sugiarto gugur. Jasadnya kemudian dimakamkan secara bersama-sama di Lapangan Canalaan. Yang dikemudian hari lokasi ini berubah menjadi Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa, Surabaya.
Dari berbagai data yang penulis kumpulkan, Soegiarto adalah asli Arek Ngaglik. Soegiarto ikut pula membawa Persibaja menjadi runner-up di kompetisi Perserikatan 1942.
Tertarik mencari data komplit sejarahnya? (dpp)