Kerusuhan dan Harga Mahal yang Harus Dibayar Bonek

Da Silva Berlari Hampiri Bonek
Pemain dan official menyanyikan Song For Pride di depan Bonek. Foto: Rayhan for EJ
Iklan

Saya termenung melihat foto dari kontributor EJ, Rayhan. Foto itu menggambarkan Bonek menyanyikan Song For Pride dari balik pintu Stadion Batakan di hadapan pemain, pelatih, dan ofisial Persebaya. Ya, saat Persebaya menjamu PSM, Bonek hanya bisa memberikan dukungan dari luar stadion.

Kecintaan Bonek sangat luar biasa. Meski sedang menjalani hukuman, Bonek tetap nekat datang ke stadion dan memberikan dukungan. Gumam saya dalam hati, tidak seharusnya pemandangan seperti itu terjadi.

Ingatan saya kembali ke masa di mana Persebaya sedang di-mati suri-kan oleh federasi. Bonek dipaksa puasa nribun. Namun berkat perjuangan Bonek, Persebaya akhirnya kembali bisa berkiprah di kompetisi sepak bola nasional. Bonek pun bisa mendukung Bajol Ijo langsung dari tribun stadion.

Namun dalam perjalanannya, Bonek harus kembali puasa nribun. Meski federasi kembali memaksa puasa, namun harus diakui ini juga disebabkan oleh ulah Bonek. Kerusuhan yang dilakukan Bonek usai laga lawan PSS di GBT membuat Komdis PSSI menjatuhkan hukuman larangan hadir di stadion hingga akhir musim.

Iklan

Kita bisa berargumen panjang lebar bahwa aksi kemarin merupakan bentuk protes terhadap manajemen. Namun kita harus berani mengakui jika tindakan merusak fasilitas stadion juga tidak dapat dibenarkan. Apapun alasannya.

Kerugian berupa uang mungkin bisa diganti. Namun kerugian secara citra diri sulit untuk diperbaiki. Kerugian lain yang harus ditanggung Persebaya adalah sulitnya mencari stadion pengganti GBT hingga akhir musim. Bahkan, pengelola Gelora Delta Sidoarjo yang sebelumnya terbuka memberikan izin pertandingan ke Persebaya, kini menolaknya. Alasannya takut jika kejadian kerusuhan di GBT terulang lagi.

Begitu juga Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, markas Bali United. Pengelola enggan memberikan izin pertandingan kepada Persebaya. Padahal menurut salah satu panpel Persebaya, stadion di Bali itu sebelumnya relatif mudah memberikan izin. Selain kejadian rusuh di GBT, adanya perusakan beberapa fasilitas saat Persebaya melawan Persib juga menjadi faktor pertimbangan bagi pengelola stadion dalam memberikan izin.

Saya juga mendapat kabar banyaknya penolakan dari stadion-stadion di Jawa Timur seperti Stadion Gelora Ratu Pamelingan Pamekasan, Stadion Surajaya Lamongan, hingga Stadion Gelora Joko Samudro Gresik.

Harga yang harus dibayar Persebaya dan Bonek akibat kerusuhan kemarin sungguh luar biasa besarnya. Dan kita hanya bisa pasrah karena Persebaya memang tidak punya stadion sendiri.

Tahun depan, GBT akan menjalani renovasi. Persebaya harus mencari stadion pengganti. Kita harus bersiap jika Persebaya memutuskan berkandang di Stadion Batakan, Balikpapan. Stadion ini relatif ramah bagi Persebaya. Saat Persebaya kesulitan mencari venue partai tunda lawan PSM, Wali Kota Balikpapan, Rizal Effendi, langsung memberikan izin penggunaan Stadion Batakan. Izin keamanan dari Polresta Balikpapan pun cepat keluar.

Hukuman dari Komdis PSSI ini semestinya membuat Bonek introspeksi diri. Melancarkan protes kepada manajemen adalah hak. Namun protes hendaknya menggunakan cara-cara lebih elegan, bukan malah merusak.

Jika kita sangat emosi saat melihat tim kebanggaan kalah atau seri di kandang dan ingin melampiaskannya dengan cara merusak fasilitas stadion, ingatlah jika hal itu tidak akan membuat Persebaya menjadi lebih baik. Ingatlah perjuangan rekan-rekan kita agar Bonek bisa kembali mendukung Persebaya di tribun. Ingatlah para orang tua yang ingin mengajak anaknya datang ke GBT untuk memperkenalkan Persebaya. Ingatlah para PKL, tukang parkir yang mendapatkan rejekinya saat Persebaya berlaga di kandang. Ingatlah rekan-rekan Bonek yang sering membuat kegiatan-kegiatan positif.

Kita harus mulai berpikir dari sudut pandang orang lain, bukan melulu dari kacamata kita sebagai suporter. Karena Persebaya sudah menjadi milik bersama. Ayo kita jaga Persebaya!

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display