EJ – Protes Bonek dengan melakukan aksi turun lapangan serta merusak fasilitas Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) seusai kekalahan Persebaya 2-3 melawan PSS Sleman (29/10/2019) akhirnya berujung sanksi. Bonek mencoba berbenah dari kejadian tersebut.
Begitu wasit Thoriq Alkatiri meniup peluit panjang tanda pertandingan berakhir, satu persatu Bonek dari arah selatan mulai masuk ke dalam lapangan dan menyerbu para pemain. Kapten Ruben Sanadi dan wakil kapten Rendi Irwan menjadi dua pemain pertama yang dihampiri.
Sejurus kemudian ratusan Bonek dari sisi utara, kemudian dari barat dan timur mulai merangsek masuk ke dalam lapangan. Mereka tampak mengejar satu persatu pemain lain yang masih berada di tengah lapangan.
Meski melakukan serbuan, Bonek tidak melakukan serangan secara fisik kepada pemain. Mereka hanya ingin meluapkan emosinya dengan kata-kata dan bahkan menangis secara langsung di hadapan para pemain Persebaya.
Bonek hanya berharap para pemain mengerti dan sadar. Bahwa, tim kebanggaannya tengah terpuruk. Kekalahan dari PSS memperpanjang catatan negatif Persebaya gagal meraih kemenangan menjadi 6 laga. Sebuah catatan terburuk bagi Green Force sejak kembali ke Liga 1 tahun 2018 lalu.
Selain itu hasil tersebut juga menjadi kekalahan kandang pertama bagi Persebaya setelah 13 bulan lamanya. Terakhir Persebaya menerima kekalahan di GBT adalah saat menjamu Borneo FC tahun lalu (13/10/2018). Saat itu Green Force kalah tipis 0-1.
Kembali menerima kekalahan setelah setahun lamanya, ditambah permainan yang dianggap ala kadarnya membuat Bonek marah dan kecewa.
“Sebenarnya kalau kalah tapi pemain tampil fight kami bisa menerima. Tapi kalau kalah, main tidak enak, terus pemain tidak bisa ngejar bola, jangan salahkan anak-anak kalau emosional seperti kemarin,” kata Erik Wicaksono, koordinator Gate 21.
Ya, tak hanya mengejar pemain, suporter juga melakukan aksi perusakan fasilitas di dalam stadion. Tampak papan iklan, jaring gawang, bench pemain dan lorong portabel menjadi sasaran amuk massa.
Selain menendang atau merusak dengan tangan kosong, Bonek juga melakukan aksi bakar-bakar di beberapa titik lapangan dan tribun. Performa terburuk Persebaya itu akhirnya berujung pada respon suporter yang buruk pula.
Aksi itu kemudian harus dibayar mahal. Komite Disiplin (Komdis) menjatuhkan sanksi tanpa penonton hingga akhir musim serta denda sebesar Rp 200 juta kepada Persebaya.
Karena hukuman itu, Persebaya praktis tak mendapat pemasukan tiket di sisa musim 2019. Sedangkan Bonek juga tak bisa mendukung pemain secara langsung di lapangan. Sebuah sanksi yang memberatkan semua pihak.
Bonek Berbenah Dan Tunggu Hasil Banding
Tak ada hukuman paling berat bagi suporter selain dilarang mendukung langsung tim kesayangannya secara langsung. Dan itu yang kini dialami Bonek dan Persebaya.
Namun, Bonek berusaha legowo. Semua sepakat untuk lebih menenangkan diri dan juga membenahi diri. Memberi sedikit nafas kepada sesama suporter, manajemen, dan juga para pemain Persebaya.
“Kami akan cooling down terlebih dahulu,” kata koordinator Tribun Kidul, Sinyo Devara ketika ditanya soal langkah Bonek setelah aksi kerusuhan. “Sambil kami memberikan berbagai macam edukasi kepada teman-teman Bonek dan komunitas yang ada di Bonek sendiri,” tambah Sinyo mencoba berintrospeksi.
Hampir senada dengan Sinyo, Hasan Tiro, koordinator Tribun Timur, juga menyebut jika Bonek harus berbenah. Sebagai langkah awal, Jumat pekan lalu (8/11/2019) Bonek sudah bekerjasama dengan Pemkot Surabaya untuk kerja bakti mempercantik GBT.
“Mungkin setelah kerusuhan ini kami teman-teman Bonek ingin berbenah. Bagaimanapun juga apa yang kami lakukan kemarin juga berimbas kepada tim kebanggan kita,” kata Hasan.
“Untuk saat ini teman-teman ikut berpartisipasi memperbaiki Stadion GBT, apalagi untuk menyambut Piala Dunia U-20 juga,” beber Hasan ketika ikut aksi kerja bakti di GBT.
Tapi, selain membenahi diri sendiri, Hasan juga berharap PSSI bisa menyetujui banding Persebaya. Bonek mendukung penuh langkah manajemen untuk memperjuangkan banding di Komite Banding PSSI.
“Semoga sanksi yang diturunkan PSSI masih bisa banding. Karena ada kerusuhan lebih besar tapi denda dan sanksi tidak seberat yang diberikan kepada Persebaya,” kata Hasan.
Sikap yang sama juga diutarakan Koordinator Green Nord, Husein Gozali. Pria yang akrab disapa Cak Conk itu berharap PSSI bisa mengabulkan banding Persebaya.
“Soal sanksi memang kami kecewa, ada rasa kekhawatiran terhadap Persebaya bahwa PSSI hanya bisa memberikan sanksi tanpa solusi,” kata Cak Conk.
“Tapi kami menyikapi secara bijak saja. Teman-teman Bonek harus mawas diri ke depan dalam menyampaikan aspirasinya terhadap performa tim. Ini kan merugikan semua pihak. Teman-teman Bonek tidak bisa mendukung, tidak ada pemasukan dari manajemen. Setidaknya teman-teman bisa mengekspresikannya dengan bijak,” harap pemilik Warkop Pitulikur itu. (riz/iwe)
Tim lapsus: Iwan Iwe, Rizka Perdana Putra, M Syahrul Ramadhan, Bimantoro, Joko Kristiono, Rayhan