EJ – Badak Lampung FC sudah memastikan diri tidak ambil bagian pada Liga 1 musim depan. Performa angin-anginan menjadi kendala tim asuhan Milan Petrovic tersebut selama Liga 1 2019. Beberapa pemain hingga pelatih diganti di tengah musim tapi tak membuat performanya membaik secara peringkat. Meski secara kualitas permainan sebenarnya mereka tak buruk. Hanya saja inkonsistensi selalu menjadi masalah bagi tim-tim penghuni papan bawah termasuk Badak Lampung. Badak Lampung pada bulan Desember harus memainkan laga sebanyak lima kali. Dengan kata lain selama 21 hari (lawan Persebaya tanggal 21 Desember) mereka harus dipaksa bermain sebanyak lima kali. Sebuah kerugian memang, apalagi laga ini dimajukan satu hari dari jadwal yang sudah ditetapkan.
***
Berada di peringkat 16 dengan hanya mengumpulkan 33 poin dari 33 pertandingan yang telah dimainkan, membuat Badak Lampung harus degradasi. Secara keseluruhan tim yang punya markas di Stadion Sumpah Pemuda, Bandar Lampung ini tentu punya kekurangan hingga akhirnya mereka harus turun kasta.
Jumlah kemasukan golnya tergolong luar biasa banya. 63 gol telah bersarang ke gawang Badak Lampung. Pertengahan musim Bojan Malisic dan Anthony Golec didatangkan. Dua centre back asing untuk sebuah tim Liga 1 memang jarang digunakan, karena mengingat kuota pemain asing hanya berjumlah empat termasuk jatah satu pemain asing Asia.
Didatangkannya dua centre back tersebut tentu menjadi urgensi sebuah tim. Tetapi fakta di lapangan keduanya tak mampu mengubah jumlah kemasukkan Badak Lampung hingga akhirnya gol sebanyak itu bersarang.
Apakah keduanya merupakan pembelian gagal bagi Badak Lampung? Jika melihat performa mereka sebelum bermain untuk Badak Lampung, Malisic misalnya, membuat lini belakang Persib menjadi tangguh dalam satu setengah musim terakhirnya bersama Persib. Tentu bukan soal dua centre back saja, pasti ada sesuatu yang tidak berjalan dalam sistim taktik atau strategi.
Lemah dalam Transisi Bertahan
Petrovic sempat memainkan beberapa formasi diantaranya 3-4-3, 4-2-4 saat menang melawan Persija 2-0, 4-2-1-3 saat menghadapi Bhayangkara FC. Perubahan ini seperti menjadi jawaban mengapa mereka bisa inkonsisten terutama pada paruh musim kedua ini. Kedua, mungkin Petrovic punya alasan lain misalkan untuk menghadapi padatnya jadwal. Rotasi pemain harus dilakukan. Pasalnya dalam bulan Desember ini mereka harus menjalani lima laga. Sesuatu yang membuat pelatih dan jajarannya putar otak.
63 gol kemasukkan selama musim ini bukan berasal dari pemain. Tetapi lebih pada masalah transisi. Malisic dan Anthony secara postur dan duel areal hampir selalu unggul, tetapi pemain lain seperti mengandalkan keduanya sehingga ketika koletivitas tim tidak berjalan maka transisi pun tidak bisa berjalan maksimal, seperti misalnya dalam transisi menyerang ke bertahan.
Misalnya dalam posisi corner kick. Antisipasi hanya mengandalkan dua centre back (Anthony dan Malisic) tersebut. Sementara ketika menghadapi situasi corner kick, terjadi penumpukan pemain di kotak enam belas. Skema yang biasa terjadi adalah dengan dua centre back lawan naik, ditambah satu atau dua striker, yang tentu membuat perbedaan. Keduanya tampak kesulitan.
Contoh lain adalah ketika kalah telah menghadapi PS Sleman, lima gol bersarang di gawang Daryono. Semuanya bahkan terjadi di dalam kotak enam belas dengan meninggalkan space dengan membiarkan pemain lawan eksploitasi.
Yang terakhir adalah ketika kembali kalah telak empat gol tanpa balas melawan Persib. Empat gol tersebut bersarang ke gawang Daryono dengan mudah. Dua gol melalui sundulan berawal dari skema corner kick, dan dua gol lagi pemain Persib bisa bermain nyaman di kotak enam belas Badak Lampung.
Kelemahan ini juga bukan tanpa sebab, terlambatnya menutup celah dari para gelandang Badak Lampung juga turut menjadi bagian mengapa gawang mereka mudah sekali dijebol dari segala lini. Ini yang saya sebut sebagai lemahnya skema transisi tim, bukan murni kesalahan individu pemain.
Unggul dalam Bola Atas di Kotak Penalti Lawan
Sebuah perbedaan memang, ketika di dalam kotak penalti sendiri malah lemah dalam duel bola atas, tetapi kerap menang jika berada di kotak enam belas lawan. Dua gol melawan Persija yang akhirnya membuat mereka menang tercipta dari skema corner kick. Satu sundulan dari Arthur Bonai dan satu gol lagi dari Anthony. Kedua gol tersebut berasal dari sudut corner kick yang sama, yaitu sisi sebalah kiri pertahanan lawan.
Saat kalah melawan Bhayangkara, dua gol Badak Lampung juga berasal dari sundulan kepala. Arthur Bonai lagi-lagi mencetak gol melalui sundulan dari skema corner kick yang sama. Fernandinho menjadi aktor dalam gol-gol dari corner kick Badak Lampung melalui assist-nya. Ini yang harus diwaspadai oleh Persebaya pada laga nanti jika tidak ingin kecolongan.
Waspadai Fernandinho dan Skema Bola Mati
Fernandinho boleh jadi aktor dalam semua free kick dari Badak Lampung. Umpannya akurat tetapi daya jelajahnya terutama pada flank kanan membuatnya paturu diwasapai. Pemain kidal tersebut sekarang punya rekan duet bernama Vidal. Vidal cukup kuat dalam melindungi pemain, ia juga punya peran lain sebagai pemantul yang membuat winger Badak Lampung seperti Fernandinho atau Suhandi mampu masuk ke final third.
Lawan tetap harus mewaspadai Badak Lampung, meski laga melawan Persebaya nanti adalah laga pamungkas di pentas Liga 1. Tetapi bukankah sebuah tim ingin menampilkan penampilan terbaiknya di sebuah partai pamungkas. Paling tidak untuk menjawab pertanyaan pemain-pemainnya apakah layak untuk kembali bermain di Liga 1 dengan tim lain pada musim depan. (arv)