We Will Mizz You

Misbakus Solikin digendong Samuel Reimas usai mengalahkan PSMS di final Liga 2 2017. Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

Suasana stadion Gelora Bung Tomo (GBT) saat itu penuh sesak 50 ribu suporter Persebaya, Bonek. Ketika peluit kick off, tanda dimulainya pertandingan ditiup oleh sang pengadil di lapangan hijau, koreo di tribun pun dibentangkan oleh Bonek. Tribun Selatan menampilkan figur ndas mangap dengan membawa kepala singa yang sudah terpenggal dan di sekelilingnya dihiasi warna kuning hijau kertas koreo yang diangkat oleh bonek yang berdiri di tribun lantai satu.

Sementara itu, di saat yang bersamaan, Green Nord di sisi utara membentangkan banner raksasa yang terbentang pelan-pelan dari lantai dua sampai lantai satu tribun. Giant banner itu menampilkan seekor buaya yang berpenampilam seperti malaikat maut dengan tudung hitam dan membawa senjata malaikat seperti kisah film misteri. Di depan sang buaya terdapat singa yang terkapar lemas tak berdaya dikelilingi empat sosok berkaus biru tertunduk lesu.

“No Mercy for All” terlihat jelas di bawah koreo tersebut, tanda pertandingan di pekan ke tujuh Liga 1 2018 menjadi penanda derby antara Persebaya lawan Arema. Telah lama Persebaya tidak bermain di kasta tertinggi liga Indonesia setelah dimatisurikan oleh PSSI. Chant-chant dukungan pun menggema dinyanyikan puluhan ribu Bonek di dalam stadion untuk membakar semangat punggawa persebaya agar bisa mengalahkan lawan dengan mudah.

Pertandingan pun tersaji menarik dengan tempo cepat dan sedikit keras. Persebaya mendominasi babak pertama hingga paruh babak kedua. Peluang emas Irfan Jaya melalui tendangan di sektor kanan kotak pinalti lawan di menit ke-66 dapat ditepis dengan baik oleh Utam Rusdiana, kiper Arema. Pun demikian dengan Papito yang mengirimkan tendangan keras di dalam kotak pinalti di menit ke-72, hanya melambung di atas mistar gawang lawan.

Iklan

Suasana GBT semakin tegang dan bercampur aduk psikologi massa suporter karena sampai menit ke-80 kedudukan masih kaca mata alias kosong-kosong. Beberapa teriakan serta kritikan terdengar agar Persebaya tidak bermain loyo. “Tikete larang iki, bonek kebek nduk stadion, gak gol-gol,” teriak beberapa suporter.

Akhirnya kebuntuan itu pecah, saat umpan silang Papito yang tertuju kepada Da Silva di kotak pienalti Arema yang dihalau oleh Arthur Cunha jatuh di kaki Misbakus Solikin (Mizz_06). Dengan satu kontrolan kaki kanan, bola rebound itu ditendang oleh Mizz dengan kaki kirinya dan mengalir deras merobek jala Utam Rusdiana.

Seisi GBT kembali bergema dengan terikan “Gollllll”. Mizz berlari ke arah pinggir lapangan bersama beberapa punggawa Persebaya lainnya melakukan selebrasi. Kamera pemburu berita dengan blitz berkilatan menyorot Mizz yang masuk menggantikan Rendi di menit ke-68. Semua mengelu-elukan Mizz di kala matahari mulai tenggelam sore itu karena gol semata wayangnya mengunci kemenangan Persebaya atas Arema. Keesokan harinya, wajah sumringah selebrasi penuh percaya dirinya menjadi headline halaman pertama Jawa Pos dengan judul “Solikin Sang Pahlawan”.

Mizz dan Persebaya

Sosok Mizz memang tidak asing di kalangan Bonek dan Persebaya. Ia merupakan didikan internal Persebaya saat kecil bersama SSB Al Rayyan dan juga Persebaya junior. Saat Dualisme melanda Persebaya, ia sempat membela beberapa klub antara lain PSIL Lumajang, Persekap Pasuruan, dan Persatu Tuban. Namun cita-citanya yang terdalam adalah tetap menjadi pemain utama di Persebaya.

Kesempatan itu akhirnya datang di Persebaya 1927, bahkan demi cita-cita itu, Mizz rela memohon restu ibunda tercintanya untuk memilih meninggalkan tawaran kerja di salah satu BUMN terkemuka di ujung pelabuhan Surabaya dan bergabung dengan Persebaya 1927 yang saat itu “sirkus keliling” belum jelas nasib kedepannya. Setelah Persebaya diakui kembali oleh PSSI, barulah Mizz merasakan atmosfir sebenarnya bersama Persebaya mengarungi dunia persepakbolaan Indonesia yang memulai berkompetisi dari kasta kedua.

Untuk menyambut musim Liga 2 2017, Persebaya melakukan persiapan dengan mengikuti kejuaraan Dirgantara Cup di DIY. Mizz bersama punggawa Persebaya berhasil mempersembahkan piala pertama Persebaya setelah kembali dari tidur panjangnya.

Setelah kompetisi resmi Liga 2 begulir, Mizz pun menjelma menjadi sosok yang menakutkan di lini tengah Persebaya. Mimpi yang telah menjadi nyata itu tidak disia-siakannya. Ia penuh semangat berlatih dan menambah jam latihan. Akhirnya, ia dipercaya menjadi kapten tim Persebaya, mempersembahkan gelar juara liga 2 yang artinya Persebaya kembali ke kasta tertinggi liga Indonesia. Bahkan, ia pun menjadi gelandang produktif dan menjadi pencetak gol terbanyak di Persebaya saat itu dengan torehan 12 gol.

Tidak hanya masa indah yang dihadapi Mizz bersama Persebaya. Ia juga sempat cedera tendon otot kaki kiri saat bersua dengan Kalteng Putra di babak 16 besar liga 2 2017, sehingga kakinya harus digips dan menepi sampai partai puncak final liga 2 di Bandung. Cedera itu, banyak dipandang oleh kalangan yang membuat penampilannya menurun di liga 1 karena ada trauma dalam bertarung di lini tengan Persebaya.

Mizz pun berkali-kali mendapatkan kritikan bahkan nyinyiran di media sosial karena dianggap missing atau menghilang, dianggap ada di lapangan namun tidak memberikan peran banyak bagi tim. Ibaratnya Mizz hanya menjadi penggembira di lapangan. Beruntung Mizz tidak sendirian dalam mengarungi masa sulit itu, ia mendapat dukungan dari teman-teman dan keluarganya juga, terkhusus istrinya yang menemani dengan sabar.

Bukan seorang Mizz apabila larut dalam masa sulit. Mental Mizz memang teruji tangguh, ia tetap bersemangat berlatih dan terus nambah latihan bersama Irfan dkk. Kritikan dan nyinyiran itu ditanggapi dengan jawaban santun dan positif, “Memang saya harus terus banyak berlatih lagi dan mengembalikan performa. Mohon doanya supaya saya lebih baik lagi,” — dengan tambahan emoticon tangan terkepal semangat dan buaya.

Sejatinya, Mizz tidak menghilang sepenuhnya. Ia bahkan menunjukkan gol khasnya yang indah dari lini kedua, tendangan keras “tugu pahlawan” ia hujamkan ke gawang Kalteng Putra di GBT. Dengan penuh semangat Mizz mengambil bola dari jala lawan untuk dimasukkan ke dalam baju di perutnya sebagai persembahan kepada istri yang sedang mengandung. “Pastinya senang bisa cetak gol buat Persebaya dan selebrasi itu juga buat istri saya yang sedang hamil dan buat calon si jabang bayi.” Gol itu bahkan menjadi gol terbaik mingguan di Liga 1 2019.

Saat melawan Persija, ia pun dengan penuh keyakinan berani mengambil tendangan penalti penyama kedudukan di menit akhir. Konon, saat itu tidak ada pemain yang berani mengambil karena Da Silva dan algojo pinalti lainnya sedang absen pada laga itu. Tekanan luar biasa hebat dari Bonek juga dialami Persebaya saat itu karena Persebaya dalam kondisi tren negatif, seri, kalah dan sulit menang baik kandang maupun tandang.

“Gak onok sing wani njupuk, ak tak wanek-wanekno. Batinku, nek semisal gak gol yo emboh mene nasibku yak opo, aku yo gak eruh.” Setelah mendapatkan tepukan dari kapten Ruben, Mizz pun mengambil langkah satu, dua, tiga dan semua seisi stadioan pun bertempik sorak “Gollllll” dan puluhan ribu Bonek bersemangat lagi menyanyikan chant buat Persebaya.

Tidak mudah menjadi seorang Mizz dengan penuh tekanan dan kesibukan berlatih serta menjalani kompetisi sepak bola, meski demikian ia pun dapat menyelesaikan studinya di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Dr. Soetomo dan mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Sosial. Bahkan ia pun rela meninggalkan proses wisuda strata satunya yang mungkin kesempatan itu hanya datang sekali seumur hidupnya dan lebih memilih terbang bersama skuad Persebaya melawat ke markas Barito Putra di Demang Lehman, Martapura.

Apabila kita melihat rekaman permainan Mizz dari pertandingan yang dilakoninya, ia pun terlibat aktif menjemput bola dan terlibat mengalirkan bola membangun serangan. Umpan panjang ala Pirlo-nya pun tetap melayani Da Silva dan juga punggawa Persebaya lainnya. Saat tren seri dan kalah Persebaya terputus di laga kontra PSM dan Persipura, Mizz pun menjadi starting eleven Persebaya bersama Coach Aji Santoso setelah Wolfgang Pikal out dan peristiwa GBT.

Namun itulah misteri sepak bola. Seperti kata Sindhunata bahwa sepak bola mengajarkan realisme nasib. Setiap orang harus siap dengan segala situasi seperti dalam sepak bola, tidak hanya keindahan dan kegemilangannya, namun harus siap pula dengan kekalahan serta kegetirannya. Setelah berakhirnya kompetisi Liga 1 2019, sembilan pungguwa Persebaya diumumkan tidak diperpanjang dan Mizz adalah salah satunya.

Narasi ini mungkin tidak akan tertulis apabila tidak ada WA masuk dari Mizz. “Matur suwun banget mas, tetap jaga silaturrahmi ya,” — dengan emoticon dua tangan salam dan senyuman.

Life Goes on seperti lagu LeAnn Rimes. Terima kasih Misbakus solikin. Engkau tetap kapten Persebaya. Kau telah mengawal dan mengantarkan era baru Persebaya. We Will Mizz you.

*) Al Sastro, Suporter Layar Kaca

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display