EJ – Dua puluh tahun lalu, tepat di tanggal 3 April 2000, Persebaya Surabaya berduka. Gelandang bernomor punggung 19, Eri Irianto meninggal dunia seusai laga melawan PSIM Yogyakarta di Stadion Gelora 10 November, Surabaya.
Sore itu Eri mengalami benturan keras dengan pemain PSIM, Samson Noujine Kinga. Sesuai benturan, sebelum turun minum, Eri mengeluh sakit kepala luar biasa. Tim dokter akhirnya membawa Eri ke rumah sakit Dr. Soetomo, Surabaya.
Setelah bertahan sekitar empat jam dan menjalani berbagai pemeriksaan nyawa Eri tak tertolong. Gelandang yang terkenal dengan tendangan geledeknya itu pun menghembuskan nafas terakhir di usia 26 tahun, usia keemasan seorang pesepakbola.
“Kami benar-benar merasa kehilangan, di saat usia emas dia lebih cepat meninggalkan kita semua,” kenang Aji Santoso pada Jumat (3/4/20).
Ketika Eri berpulang, Aji sebenarnya sudah tidak lagi berseragam Persebaya. Akan tetapi, kenangan bermain selama dua tahun bersama Eri tetap tidak terlupakan. Aji menilai Eri sebagai sosok tak kenal menyerah.
“Eri sosok pemain pekerja keras, selalu total dalam menjalankan pekerjaannya dan memiliki tendangan yg mematikan buat penjaga gawang lawan,” kata Aji.
Dengan ciri khas permainan ngeyel itu, Eri menjadi salah satu sosok sentral di lini tengah Persebaya. Ia pun termasuk kedalam skuad Persebaya ketika meraih gelar Liga Indonesia III 1996-1997 (meski tidak main di partai final lawan Bandung Raya). (riz)