Terinspirasi dari perkembangan media di luar negeri dan kecintaan akan Persebaya, Bayoghanta Maulana Mahardika berinisiatif membuat Bajolball Podcast. Lewat Bajolball, Ghanta mengajak Bonek bersama-sama membagi suka dukanya mendukung tim kebanggaan.
“Nemen iki pak, padahal prediksiku seri karena nggak gelem terlalu berharap untuk menang, tapi malah kalah, nemen cuk, malah kelayapan.”
“Kurang panas, kaku. Perumpamaannya motor kalau dipake terus kan enak, kemarin Persipura dipake, Persebaya nggak dipakai.”
Begitulah sedikit cuplikan unek-unek suporter dalam salah satu episode Bajolball ketika Persebaya baru saja menerima kekalahan 3-4 atas Persipura (15/3). Rasa sedih, kesal atau geregetan bisa langsung diungkapkan lewat medium suara.
Hasrat untuk menyampaikan unek-unek ketika mendukung Persebaya itulah yang memang menjadi dasar Ghanta membuat Bajolball podcast pada tahun 2019. Mahasiswa sebuah Universitas Airlangga Surabaya itu semakin mantap karena saat itu memang belum ada satupun podcast resmi yang membahas soal Persebaya.
“Tiga empat tahun lalu podcast di Indonesia belum banyak. Aku sendiri awalnya nggak dengerin podcast sepak bola tapi podcast soal sains dan cerita yang kebanyakan dari luar Indonesia,” tutur Ghanta.
“Tahun 2019, sebagai suporter Persebaya, aku mikir kenapa ngga aku bikin. Dulu aku pendengar kenapa aku nggak nyoba,” tambahnya.
“Misalkan aku coba tidak ada yang dengerin ya nggak apa-apa. Anggap saja itu bentuk keluh kesah seorang fans. Podcast kan sama saja dengan menulis, media untuk berkeluh kesah, tapi ini berbentuk suara,” ujar Ghanta menjelaskan.
Ghanta lalu mengajak satu orang temannya yang bernama Ivan Achmadi. Dengan bermodalkan alat seadanya menggunakan voice note di smartphone, Ghanta memulai episode pertama Bajolball podcast pada tanggal 23 Mei 2019. Rumah Ghanta di daerah Kebraon dijadikan sebagai studio utama.
“Kami bikin dua orang. Episode pertama introduction saja, baru di episode ketiga kami bahas lawan Bali United dan Borneo FC. Akhirnya setiap minggu keterusan dan ternyata enak juga ya,” tuturnya.
Dalam perkembangannya, Ghanta dan Ivan mulai mengajak beberapa rekan-rekannya untuk bergabung dengan Bajolball. Kini, ada sekitar 4 orang yang rutin berkontribusi di Bajolball. Selain itu mereka juga patungan untuk membeli alat rekaman yang lebih canggih.
Tak hanya pengembangan secara internal, Bajolball juga mulai menjalin kolaborasi dengan komunitas lain. Di antaranya ada Surabaya Jersey Community (SJC), kelompok suporter Persib Bandung dan juga suporter PSS Sleman.
Hasilnya, pendengar Bajolball pun makin bertambah. Jika mulanya per episode hanya ada 10 orang pendengar, kini jumlah tersebut melonjak hingga 300an pendengar per episode.
Wawancara Hartono, Mat Halil, Hingga Kasus Aryn Williams
Bajolball makin dikenal, setidaknya di lingkungan sesama pegiat komunitas di Surabaya. Lewat salah satu kenalan yaitu komunitas SJC, Bajolball akhirnya berkesempatan mewawancarai legenda Persebaya seperti Hartono dan Mat Halil.
“Beberapa kali dibantu oleh teman-teman SJC untuk kenalan sama mantan-mantan pemain Persebaya kayak Mat Halil atau Hartono. Kami awalnya nggak kenal siapa-siapa, kebetulan banyak ditawari sama teman. Kami senang dan bersyukur saja,” ucap Ghanta.
Selain episode bersama Mat Halil dan Hartono, Bajolball juga sempat berbincang dengan Dedy Sutanto, eks kiper Persebaya yang kini menjadi pelatih Persebaya junior dan juga bek Persebaya saat ini, Mokhamad Syaifuddin.
Namun, dari semua narasumber yang pernah diundang, Aryn Williams tampaknya menjadi nama yang tidak akan pernah dilupakan oleh Ghanta dkk. Meski berstatus sebagai pemain bintang, Aryn tetap “membumi” dengan bersedia datang langsung ke studio Bajolball di daerah Kebraon.
“Untuk Bajolball episode 100 kami nekat wawancara sama Aryn, kami hubungi dia lewat pesan Twitter. Kebetulan aku pernah tinggal di Australia dan dia juga dari Australia, jadi mungkin ada chemistry,” kata Ghanta.
“Awalnya kami tawari dia untuk dijemput, tapi Aryn tidak mau. Dia bilang kirim alamat saja. Kami, sebagai fans merasa orang ini baik banget ya. Kami ngobrol juga seperti tidak ada jarak, setara, ngobrol enak, akhirnya kami rekaman setengah jam.”
Sayang, rekaman tersebut tidak bisa secara langsung dinikmati pendengar. Sebab, beberapa menit setelah dirilis, media officer Persebaya langsung menghubungi. Mereka meminta Bajolball untuk menghapus rekaman tersebut. Alasannya, karena Bajolball tidak terdaftar secara resmi sebagai media Persebaya.
“Waktu itu sudah diupload, tapi diminta dihapus, ya sudah kami nurut saja. Karena aku mikir pengaruhnya pasti ke Aryn juga. Aryn sebenarnya juga sungkan ke kami, dia minta maaf dan berharap bisa berbicang lagi dengan kami di lain waktu.”
Meski cukup menyayangkan, Bajolball berusaha memahami. Ghanta cs berusaha belajar dari pengalaman tersebut dan tetap berharap bisa melakukan obrolan dengan pemain Persebaya lainnya.
“Mungkin masalah komunikasi saja, menurut media officer Persebaya kami melakukan wawancara ilegal, karena kami tidak terdaftar. Tapi, kami kan memang tidak mempersiapkan untuk itu (legal),”
“Tapi kami tidak ingin berhenti disini. Aryn sebagai awalan aja,” tekad Ghanta.
Podcast Jadi Sarana Mendukung Persebaya
Saat ini memang tidak banyak khalayak di Indonesia yang mengetahui podcast. Maklum, podcast memang baru tumbuh selama 2-3 tahun terakhir. Namun, Ghanta yakin dalam beberapa tahun mendatang podcast punya potensi besar untuk dikenal dan dikonsumsi.
“Di luar negeri memang sudah banyak yang dengar podcast. Mungkin 4-5 tahun kedepan Indonesia akan mengikuti.”
“Kalau aku melihat podcast akan selalu ada di jalurnya. Mungkin sekarang grafiknya agak lambat tapi suatu saat akan banyak yang suka. Apalagi kalau di Indonesia sudah bisa di monetisasi pasti makin banyak podcaster.”
Namun, terlepas dari itu, Ghanta tetap fokus ke tujuan utama dirinya membentuk podcast. Yaitu sebagai sarana “curhat” bagi suporter Persebaya membela tim kesayangannya.
“Kami bayangin Bajolball akan terus ada dalam format podcast. Karena memang produksi tidak terlalu berat, asal tidak mengharap apa-apa. Kami atas dasar kecintaan saja terhadap Persebaya. Ini salah satu bentuk dukungan, supaya keluh kesah teman-teman suporter bisa terwakili.”
“Kami tahu tantangan pasti akan selalu ada, kami harus punya inovasi baru. Kami yakin podcast akan terus ada, karena dari awal ingin menghidupkan.” (riz)