Sebagaimana kostum lainnya, jersey memiliki nilai historis yang menandai perjalanan satu klub sepak bola. Kemunculan jersey sendiri memiliki sejarah panjang yang dijalani oleh para punggawa kesebelasan.
Idola mana yang tak ingin menjadi bagian atau seperti para pemain kesebelasan yang mereka beri dukungan, hingga mereka rela hijrah dari kota ke kota lainnya demi sebuah nama yang ia bawa sampai ada jatuhnya nyawa.
Masih seputar jersey, siapa yang tak mengenali salah satu tribun Bonek di sisi utara Stadion Gelora Bung Tomo (Green Nord). Yang mewajibkan setiap penghuni atau suporter agar memakai jersey atau kostum yang dikenakan para pemain yang ia dukung.
Peraturan ini bisa kita artikan jika mereka adalah bagian dari para pemain, atau yang biasa disebut pemain ke-12. Jika para pemain berjuang di tanah lapang, mungkin mereka juga ingin berjuang di belakang gawang dengan suara-suara yang lantang. Jersey tidak akan mengenali siapa kalian, atau dari organisasi mana kalian berdiri.
Kesimpulannya: “Jersey tidak harus dipakai oleh para pemain yang pandai berlari kencang. Mungkin mereka juga punya cara tersendiri dengan bersuara lantang di belakang gawang.”
Jadi masih mau pilih yang mana? Membesarkan nama komunitasmu di dalam nama Persebaya atau menjadi bagian darinya dan membesarkan namanya? (*)
*) Tulisan ini adalah salah satu tulisan yang diikutkan dalam “EJ Sharing Writer Contest” edisi Mei 2020. Dengan tema Persebaya dan Harapan Masyarakat, kontes dibuka hingga 31 Mei 2020. Kirim tulisanmu ke email: [email protected].