Bonek dan Persebaya merupakan senyawa yang tak akan pernah bisa terpisahkan. Berbagai peristiwa heroik telah terukir siring bertambahnya usia Persebaya di kancah sepak bola Indonesia. Fanatisme Bonek yang telah diakui dunia, juga memberi ruh dan kekuatan bagi Persebaya. Perjuangan Bonek sejak Persebaya dimatikan hingga menjadi runner up Liga 1 2019, menjadi bukti nyata bahwa Persebaya dan Bonek adalah satu kesatuan yang saling memberi kekuatan.
Atmosfir Bonek di setiap laga Persebaya di kandang maupun tandang selalu membakar semangat pemain dan melucuti nyali lawan di lapangan. Namun ujian demi ujian selalu datang mengutakan hati mereka. Beberapa kali mereka dipisahkan oleh dualisme, kembali dipertemukan lalu kembali terpisah saat terkena hukuman pertandingan tanpa penononton, kini mereka kembali dipisahkan oleh pandemi yang tak kunjung usai. Sedih melihat laga terhenti, namun apa daya kita harus berlapang dada.
Selama pandemi, kerinduan ini hanya terobati melalui media sosial dan channel lain. Berbagai pertandingan yang tersaji sungguh mengiris batin, ingin rasanya hati ini berteriak kembali melihat Green Force beraksi. Setiap pertandingan Persebaya merupakan panggilan jiwa yang harus dilaksanakan. Hal tersebut juga terdapat pada penggalan lirik Song For Pride “kutinggalkan semua demi mengawalmu lagi” menjadikan ungkapan nyata bahwa, Persebaya adalah prioritas dari segala kesibukan terkecuali ibadah.
Semua kenangan manis itu, membuat kita bertanya-tanya, apakah kita dapat hidup normal seperti sediakala atau kita harus menerima kenyataan bahwa kita telah hidup ada peradaban yang baru. Dengan adanya rencana penerapan New Normal nanti, berbagai pola kehidupan masyarakat akan berubah, termasuk atmosfir sepak bola. Jika sekarang memasuki industri 5.0, maka mayoritas segala kegiatan akan dilakukan secara virtual.
Apakah jadinya jika Bonek mendukung persebaya melalui layar besar di luar stadion menggunakan kendaraan tertutup? Mari kita bayangkan kenyataan tersebut dimasa yang akan datang. Kita tidak lagi bisa membentangkan sal dan berjingkrak di tribun bersama. Terasa sangat hambar, bahkan sepak bola hanya menjadi hiburan biasa tanpa sensasi luar biasa. Semoga bumi kita kembali seperti sedia kala, sehingga kita dapat mengawal Persebaya hingga piala juara liga dapat digenggam.
Salam satu nyali, Wani! (*)
*) Tulisan ini adalah salah satu tulisan yang diikutkan dalam “EJ Sharing Writer Contest” edisi Mei 2020. Dengan tema Persebaya dan Harapan Masyarakat, kontes dibuka hingga 31 Mei 2020. Kirim tulisanmu ke email: [email protected].