Jika membahas mengenai Persebaya, tentu tak akan ada habisnya. Semua bisa dikupas secara asyik dan menarik. Misalnya saja tentang sejarahnya, prestasinya, nama besarnya, termasuk juga tentang pendukung setianya (Bonek dan Bonita).
Berbicara tentang Bonek, mungkin bagi masyarakat awam hanya dilihat sebagai suporter bola biasa. Bahkan, masih ada pula yang menganggap Bonek sebagai tukang rusuh dan anggapan kurang baik lainnya. Namun, jika dicermati lebih lanjut, Bonek memiliki nilai istimewa yang berbeda dari suporter bola lainnya. Rasa cintanya pada Persebaya dan persepak bolaan di Indonesia membawa pengaruh yang baik bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu supporter bola yang menjadi kiblat suporter bola lain di Indonesia. Kalau boleh mengutip kata Cak Nun: “Bonek sangat berpotensi bagi kemajuan bangsa”.
Mungkin pembaca masih bertanya, di mana letak istimewanya Bonek? Toh sama saja dengan suporter bola lainnya. Baiklah saya jelaskan. Letak istimewanya Bonek adalah kebijaksanaan dalam cara berpikir. Mereka mampu mengubah cacian menjadi sesuatu yang menghasilkan bahkan kini mendapat banyak sekali pujian. Ya, dikala banyak suporter klub rival yang men-judge Bonek sebagai “Gembel”, “Maling Gorengan”, “Sego Elek-elekan”, dan sebutan lain yang mungkin tidak enak didengar telinga, Bonek malah melihat itu semua sebagai peluang untuk menambah penghasilan. Mereka malah bisa mengubah ungkapan-ungkapan yang bernilai negatif tersebut menjadi nilai-nilai rupiah.
Saat ini, banyak komunitas Bonek dan Bonita yang memiliki distro dan produknya mengutip kata-kata dari sang rival tersebut. Dan hasilnya pun di luar dugaan, sangat laris di pasaran. Lebih istimewanya lagi, Presiden Persebaya (Azrul Ananda) pun pernah memakai kaus dengan kalimat sama. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya Bonek dan Bonita memiliki jiwa entrepreneur dengan strategi marketing yang baik. Bahkan bukan tidak mungkin dari usaha distro tersebut akan mampu menambah pemasukan bagi negara sebab banyak pula Bonek/Bonita yang tinggal di luar negeri.Di masa pandemi seperti sekarang, Bonek masih bisa survive dalam menjalankan roda bisnisnya meski keadaan ekonomi di negeri ini sedang sulit.
Terlepas dari itu semua, suatu kebanggaan bagi saya menjadi seorang Bonek. Ya, karena banyak sekali bonek saat ini yang sudah mulai berangsur-angsur menuju ke arah yang positif dan tidak mudah terprovokasi. Bonek sudah menunjukkan bahwa mereka bukanlah manusia yang amatiran. Seperti dawuh Gus Dur, “Orang yang masih tersinggung dan marah karena cacian dan hinaan maka ia masih termasuk hamba yang amatiran”. (*)
*) Tulisan ini adalah salah satu tulisan yang diikutkan dalam “EJ Sharing Writer Contest” edisi Mei 2020. Dengan tema Persebaya dan Harapan Masyarakat, kontes dibuka hingga 31 Mei 2020. Kirim tulisanmu ke email: [email protected].