Selamat ulang tahun, Persebaya! Kini usiamu sudah 93 tahun, dengan segala perjalanan penuh lika liku dalam menjalani kompetisi sepak bola di negeri ini. Banyak kata yang bisa mencerminkan bagaimana ulang tahun Persebaya tahun 2020 ini. Namun satu yang akan saya pilih: Menahan Diri.
Ambisi Juara
Ya, sejak bulan Maret lalu kompetisi sepak bola di Indonesia resmi dihentikan sementara akibat wabah penyakit Covid-19 yang melanda negara kita. Hal yang bertolak belakang dengan semangat Bonek untuk mengawali musim ini karena punya target tertinggi: Juara Liga 1 2020.
Bagaimana tidak.
Di awal musim, ketika jendela transfer pemain mulai dibuka, Persebaya bergerak untuk menambah amunisi. Pemain bintang seperti Makan Konate direkrut. Pun juga para pemain potensial yang siap untuk “meledak” bersama Persebaya seperti Ricky Kambuaya, Hambali Tolib, dan yang lainnya. Meski juga kehilangan pilar musim lalu seperti Miswar, Osvaldo dan Diogo, namun perubahan komposisi pemain musim 2020 ini masih bisa membuat Bonek tersenyum.
Apalagi, di laga persahabatan dan turnamen pramusim Persebaya tampil begitu ciamik dan menghibur. Meskipun harus menghadapi pengelolaan turnamen yang buruk dan sempat saya “puji” juga melalui tulisan ketika itu. Dari segi peforma, kombinasi permainan pendek dan kerja sama tim masih menjadi tumpuan utama dan diprediksi tidak akan jauh berbeda untuk Liga 1 musim 2020. Begitu menurut pengamatan awam fans seperti saya ini. Persebaya berhasil mendapatkan gelar dan itu membuat tuntutan serta ekspektasi Bonek untuk Liga 1 semakin membumbung tinggi. Apalagi, manajemen pada musim ini sudah mulai berani untuk menyatakan bersaing merebut juara setelah musim-musim sebelumnya lebih banyak membahas keseimbangan pondasi tim (bisnis dan tim).
Namun ketika Liga 1 2020 dimulai, Persebaya tersendat. Cukup kesulitan di pekan-pekan awal. Dari dua pertandingan, kemenangan belum hadir bagi tim kebanggaan. Rasa jengkel dan sedih sudah pasti ada dari benak penggemar, namun hal itu sama sekali tidak menyurutkan harapan dan ekspektasi untuk meraih gelar juara. Sempat juga muncul candaan ringan di media sosial soal cocoklogi dengan musim 2017. Dimana saat itu Persebaya juara Piala Dirgantara 2017 dan sempat terseok-seok di awal musim Liga namun berakhir manis dengan gelar juara.
Dan kini, di tengah situasi wabah yang masih berbahaya, para penggemar harus menahan diri untuk menyaksikan Persebaya bertanding. Sampai tagline resmi ulang tahun dari Persebaya ke-93 ini adalah “KAN93N PERSEBAYA.” Saking lamanya tidak melihat Persebaya di televisi ataupun tribun stadion. Bukan itu saja, Bonek juga mengalami sesuatu yang berbeda dari biasanya. Jika sebelum-sebelumnya kota Surabaya hingar-bingar pada malam ulang tahun Persebaya, kini para suporter dihimbau untuk merayakan secara sederhana dan berdoa untuk kebaikan Bajul Ijo agar mencegah kerumunan demi menghindari risiko penyebaran corona.
Di sisi lain, syukurlah suporter cukup terbantu dengan adaptasi yang dilakukan oleh media-media di masa sulit ini. Pemberitaan dan produksi konten tetap berjalan dengan konsep baru untuk melayani permintaan pembaca. Termasuk juga EJ yang melanjutkan kontes menulis serta menggambar untuk mengisi sela waktu suporter dengan kegiatan yang positif. Ada banyak hal baru yang bisa dieksplorasi oleh suporter selama masa-masa ini.
Dan, beberapa hari lalu muncul kabar jika Liga 1 akan dilanjutkan kembali pada Oktober. Persebaya melalui presiden klub Azrul Ananda sampai membuat sikap dalam laman resmi klub yang intinya kompetisi lebih baik dihentikan jika belum siap dengan segala risiko yang ada. Dan ini bisa berpotensi menjadi ajang debat tidak produktif di media sosial. Penting bagi kita, untuk memahami bahwa sikap itu lahir bukan karena Persebaya posisinya sedang terpuruk, namun demi kepentingan yang lebih besar yaitu kesehatan dan keamanan. Persebaya sudah punya modal kuat dari segi manajemen, pelatih, pemain dan suporter sehingga tidak mungkin takut untuk terpuruk.
Jadi, mari kita berdoa agar wabah ini semakin menurun dan menghilang agar kompetisi Liga Indonesia bisa dijalankan kembali. Entah itu bulan Oktober nanti, atau pada musim selanjutnya. Sebab, rindu itu beraaat hehehe…….
Ambisi Nonton di Gelora 10 Nopember
Selain target juara, ada satu hal lain yang menjadi ambisi oleh Bonek. Memang ini ambisi saya pribadi, namun saya yakin ada beberapa yang berpikir sama. Pertama kali saya nonton Bajul Ijo bertanding adalah di Gelora Bung Tomo. Tepatnya ketika penyisihan Liga 2 musim 2017 lalu. Saya tidak sempat menangi nonton di Gelora 10 Nopember, bahkan peluang itu juga harus pupus ketika Persebaya sempat kesulitan mencari home untuk laga melawan Persatu Tuban hingga akhirnya digelar di GBT. Pengelola stadion keberatan jika Persebaya menggunakan G10N untuk laga itu. Fasilitas serta akses menjadi hal yang paling dipertimbangkan.
Namun, musim 2020 ini ada kabar menggembirakan. Setelah kedua pihak Pemkot (Dispora) dan Persebaya serta perwakilan suporter bertemu untuk membahas bagaimana nasib kandang Persebaya untuk kompetisi 2020, ada opsi Gelora 10 Nopember bisa digunakan mulai bulan Agustus setelah proses renovasi selesai. Hal ini tentu sangat menggembirakan bagi Bonek, tak terkecuali saya yang memang punya keinginan untuk merasakan pengalaman nonton pertandingan di sana.
Tetapi lagi-lagi harus menahan diri. Kompetisi yang dihentikan dampak dari wabah Corona ini membuat keinginan nonton di G10N harus tertunda. Kondisi stadion saat ini sedang proses renovasi rumput. Dan mungkin stadion legendaris ini tidak digunakan sebagai venue lanjutan Liga 1 2020 oleh operator Liga jika nantinya memakai sistem home tournament.
Semoga dengan renovasinya stadion legendaris ini, di musim yang akan datang Persebaya benar-benar bisa menggunakannya sebagai opsi kedua setelah GBT. Dalam artian misalkan dari jatah 17 pertandingan kandang, tiga sampai empat pertandingan home non-big match bisa dimainkan di Gelora 10 Nopember. Selain membantu merawat stadion, Persebaya bisa mengingat masa perjuangan dahulu di tempat ini.
Salam Satu Nyali, WANI!