Bergeloralah Kembali Bajol Ijoku

Persebaya usai dikalahkan Bhayangkara FC. Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

Tepat 18 Juni lalu, Persebaya Surabaya merayakan anniversary ke-93 tahun. Maka bertambahlah usia klub kebanggaan masyarakat Surabaya ini. Dengan sejarah dan perjalanan panjang di persepakbolaan negeri ini, ditambah pula berbagai raihan gelar dan prestasi yang tersematkan membuat Bajol Ijo menjadi klub yang disegani di Indonesia.

Dukungan besar dari berbagai lapisan masyarakat menjadi bukti nyata kebanggaan mereka terhadap Bajol Ijo. Namun, pada usia yang ke-93 tahun ini, Persebaya dan Bonek harus sejenak menahan euforianya. Ya, euforia perayaan anniversary yang sejatinya selalu dirayakan dengan meriah. Semua karena merebaknya wabah Covid-19 yang memapar seantero negeri kita tercinta.

Digadang-gadang mampu menjadi juara liga tahun ini karena memiliki skuad yang dapat berbicara banyak meraih gelar juara, pada kenyataannya harus ditahan terlebih dahulu semenjak diberhentikannya liga akibat menyebarnya Covid-19. Sebagian besar Bonek tentu kecewa dengan kondisi ini. Apalagi pada pekan awal liga, Bajol Ijo mendapat hasil yang kurang maksimal. Hasil seri pada laga pembuka liga, ditambah kekalahan di kandang atas Persipura tentu membuat harapan besar kepada Persebaya untuk meraih juara sedikit dipertanyakan. Berhentinya liga membuat semua aktivitas sepakbola di Indonesia lain ikut pula terhenti. Hal lain yang juga ditunda adalah ASEAN Club Championship. Turnamen antar klub se-Asia Tenggara yang dimana Persebaya menjadi salah satu wakil Indonesia pada ajang tersebut.

Sejatinya, euforia yang setiap tahun dirasakan oleh Bonek nampak berbeda di tahun ini. Tidak ada perayaan terhadap anniversary Persebaya, seperti doa bersama, anniversary match, hingga berbagai acara yang diselenggarakan oleh Bonek dari berbagai komunitas maupun tribun. Semua pihak benar-benar menahan diri. Demi kebaikan bersama agar Covid-19 tidak semakin menyebar, mengingat Kota Surabaya sendiri menjadi daerah dengan kasus terjangkit Covid-19 yang tinggi. Di balik semua itu, tentu ada sebuah harapan yang sama. Melihat kompetisi dapat bergulir lagi. Agar Persebaya kembali berlaga, memainkan permainan-permainan cantiknya di lapangan untuk melibas setiap lawan yang dihadapi.

Iklan

Dan harapan itu muncul setelah wacana berlanjutnya liga berhembus kencang. Walau mendapat respon berbeda dari berbagai pihak, setidaknya wacana itu memberikan kegembiraan terhadap Bonek. Meskipun harus menggunakan protokol kesehatan dari regulasi pemerintah, jelas banyak Bonek yang sudah tidak sabar untuk menyaksikan kembali Persebaya berlaga di lapangan.

Jika melihat berlanjutnya liga diberbagai negara yang dilaksanakan tanpa penonton, tentu hal ini kemungkinan besar juga akan diterapkan di Indonesia. Bagi Bonek, yang terpenting dapat menyaksikan kembali Persebaya adalah sebuah rasa kegembiraan di tengah kondisi yang serba susah saat ini. Sekaligus melanjutkan harapan meraih gelar tahun ini.

Berbagai pihak tentu tidak ingin terpapar Covid-19 yang dapat menyebabkan kematian. Tetapi jika memaknai kata “terpapar” dengan artian yang positif, hal itu rasanya sangat pas tersemat kepada Persebaya. Bukan terpapar Covid-19, melainkan “terpapar” motivasi dan semangat untuk menampilkan permainan terbaik saat liga kembali bergulir. Paparan motivasi dan semangat inilah yang mampu menumbuhkan optimisme terhadap Bonek atas keyakinan mereka kepada Persebaya. Barangkali optimisme ini mampu menjadi obat pelipur lara ditengah pandemi ini untuk kembali bangkit dari keterpurukan dari berbagai aspek. Maka sudah sepantasnya bagi Bajol Ijo untuk menggelorakan kembali harapan-harapan yang sempat memudar dari para Bonek. (*)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display