Pulang dari Italia, hasil kurang mengenakkan menimpa Uston Nawawi. Tapi, itu membuat dia malah semakin terpacu.
***
Indonesia gagal menembus putaran final Piala Asia U-19 pada 1996. Merah putih hanya berada di posisi II grup di bawah tuan rumah Tiongkok.
Padahal, target awalnya adalah mampu menembus putaran final. Apalagi, persiapan yang dilakukan termasuk matang.
Uston Nawawi selama setahun digemleng di Italia dalam proyek bergengsi PSSI Baretti. Mereka mengikuti kelompor umur di negara beribukota Roma tersebut.
Pelatih yang menangani pun tak sembarang. Uston dkk dipoles orang kepercayaan pelatih top dunia saat itu,Sven Goran Erikssen, Torp Grip.
Sayang, persiapan tersebut gagal membuahkan hasil. Imbasnya, usai dari Negeri Panda, julukan Tiongkok, proyek ambisius tersebut dibubarkan.
Para pemain, termasuk Uston, dikembalikan ke klubnya masing-masing. Saat kembali itu,lelaki asal Klagen, Wilayut, Sukodono, Sidoarjo, tersebut dipanggil mengikuti seleksi pembentukan tim Pekan Olahraga Nasional (PON) 1996.
‘’Tapi,saya gagal masuk. Kalah bersaing dengan para pemain yang lebih tua seperti alm Eri Irianto,’’ ujar Uston.
Tapi, pencoretan tersebut membawa hikmah. Dia dipanggil mengikuti seleksi Persebaya yang tengah mempersiapkan diri menghadapi Liga Indonesia musim 1996/1997.
‘’Sebuah kesempatan yang tak terduga. Akhirnya, saya bisa masuk kesebelasan yang selalu saya ingin bela,’’ ungkap Uston.
Awalnya, dia hanya sebagai penghangat bangku cadangan. Tapi, dia selalu diberi kesempatan.
‘’Pelatih (alm Rusdy Bahalwan) kan suka mengorbitkan pemain muda. Saya kalau masuk di babak kedua untuk menggantikan para senior,’’ tambah lelaki yang kini berusia 39 tahun tersebut.
Pada musim itu, di barisan lini tengah Green Force, julukan Persebaya, ada Carlos de Mello dari Brasil, Khairil ‘’Pace’’ Anwar, Jatmiko, maupun Yusuf Ekodono. Tapi, seiring matangnya mental dan penampilan, Uston mulai mendapat tempat sebagai starter.
Bahkan, saat pertandingan final melawan Mastrans Bandung Raya di Stadion Utama, Senayan, Jakarta, pada 28 Juli 1997, Uston menjadi pilihan pertama. Konstribusinya membawa Persebaya mengalahkan lawannya dengan skor 3-1.
Hasil tersebut semakin membuat posisinya sebagai starter tak tergoyahkan. Panggilan menembus Timnas Indonesia pun datang.
Uston masuk dalam tim SEA Games 1997. Kebetulan, ajang pesta olahraga dua tahunan bangsa-bangsa Asia Tenggara tersebut dilaksanakan di Jakarta.
Setelah 1991, Pasukan Garuda, julukan Timnas Indonesia, mampu menembus final. Di babak pemungkas, Indonesia berhadapan dengan Thailand.
Hanya, pertandingan ini menjadi memori buruk di benak Uston. Setelah imbang 1-1 di waktu normal dan perpanjangan waktu, laga harus dilanjutkan dengan adu tendangan penalti.
‘’Saya gagal mencetak gol di adu tendangan penalti. Tembakan saya melambung,’’ kenang Uston.
Sebenarnya, dia tak siap menjalankan tugas tersebut. Namun, kapten yang juga rekan satu timnya di Persebaya, Aji Santoso, menunjuknya. (Bersambung)