EJ – Jelang pelaksanaan Kongres Pemilihan PSSI pada 17 November mendatang, kabar menyesakkan kembali hadir di tengah-tengah para pecinta sepak bola nasional. Seorang pendukung Persib, Muhammad Rovi Arrahman, tewas akibat dikeroyok suporter Persija.
Omen, sapaan akrab Muhammad Rovi, tewas saat akan menonton pertandingan Persib Bandung melawan Persegres Gresik United di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Sabtu (22/10). Ia dan dua rekannya dilempari batu dan helm. Omen yang dibonceng motor paling belakang terjatuh dan terseret sekitar tujuh meter.
Remaja warga Desa Telaga Asih, Kampung Babakan, Cikarang Barat, itu dipukuli secara brutal menggunakan tangan, batu, benda tumpul dan senjata tajam. Saat ditolong Omen sudah dalam kondisi kritis akibat luka robek di pipi kanan, memar di bagian belakang kepala, luka lecet di tangan kanan dan kiri serta kedua kakinya. Sempat dilarikan ke Rumah Sakit Harapan Keluarga, nyawa Omen tak tertolong. Ia mengembuskan nafas terakhir, Minggu (23/10).
Kematian Omen menambah daftar kematian suporter sejak Liga Indonesia digelar pada 1994/1995. Berdasarkan data dari Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) #SOS (Save Our Soccer), Omen adalah korban nyawa ke-51.
Sayangnya, tak ada komentar dari petinggi PSSI dan para calon ketua umum PSSI atas kematian Omen. Kematian suporter seperti hal biasa di sepak bola tanah air. PSSI lebih disibukkan mengurusi pemilihan ketua umumnya.
Kekerasan demi kekerasan seharusnya membuat PSSI sebagai induk olahraga segera bertindak. Tak hanya PSSI, operator kompetisi, klub, sampai kepada organisasi suporter harus berbenah. Gesekan suporter yang berujung bentrokan dan menelan korban nyawa tak boleh lagi terulang.
“Sudah waktunya suporter juga dibuatkan regulasi. Football Spectator Act (FSA) yang diberlakukan di Liga Inggris sejak 1989 bisa dijadikan rujukan,” kata Akmal Marhali, Koordinator #SOS.
FSA mewajibkan seluruh suporter di Inggris memiliki kartu keanggotaan dari klub yang mereka dukung. Ini untuk mengidentifikasi suporter yang bikin rusuh. Mereka akan dicabut kartu anggotanya serta tak boleh menonton pertandingan seumur hidup di stadion bila dinyatakan bersalah.
FSA juga mengatur keberadaan Badan Otoritas Lisensi baru yang bertugas memberi, atau mencabut izin sebuah stadion untuk menyelenggarakan pertandingan. Kewenangan besar diberikan kepada Badan Lisensi agar tak ada lagi stadion yang tingkat keamanannya rendah.
“Yang pasti PSSI, operator, dan juga klub harus memberikan pembinaan kepada suporter. Mulai dari rule of games sampai kepada sanksi-sanksi yang akan diberikan bila melakukan aksi anarkis dan vandalis baik di dalam maupun di luar stadion,” tambahnya. (iwe)