Qurban dan Anniversary Persebaya

Bonek di Gelora Bung Tomo/Foto : Official Persebaya
Iklan

Sejarah perayaan Idul Qurban. Lewat Ibrahim dan Ismail. Seperti yang tertulis di kitab kitab langit, menjadi ibrah bagi umat manusia. Tentang kelapangan hati, kesabaran, ketundukan dan kepatuhan pada Sang Pencipta.

Ibrahim, sejak muda sudah berhadapan dogma-dogma kekuasan yang mengesampingkan akal. Tak hanya melawan tirani Namrud, juga head to head dengan sang ayah. Sampai kemudian dibakar di tanah lapang. Ketika ujian demi ujian itu terlewati. Ibrahim mendapatkan ujian yang maha sulit. Diperintah untuk menyembelih puteranya, Ismail. Perintah yang bagi kebanyakan manusia tidak masuk akal. Menyembelih sang Putera semata wayang, setelah bertahun-tahun belum mendapat keturunan.

Bapak umat manusia ini menjalankan perintah ini tanpa reserve. Dijalani dengan penuh ketundukan dan kepasrahan. Ketika tajamnya pisau hampir saja menyentuh leher Ismail, Tuhan menggantinya dengan domba. Buah manis dari kesabaran sang Khalilullah, kekasih Allah.

Tahun ini, perayaan Idul Qurban yang sarat makna itu, bertepatan dengan HUT Persebaya ke-97. Bisa saja sebuah kebetulan. Tentu juga bisa menjadi bahan perenungan bersama. Bahwa perjalanan klub ini juga diwarnai dengan sederet ujian yang mengaduk-aduk emosi. Tentu tak selevel dengan ujian yang diterima Ibrahim-Ismail.

Iklan

Tetapi, simak baik-baik. Seperti halnya kisah Ibrahim di atas, ada uluran tangan Tuhan, membantu Persebaya melewati ujian demi ujian. Tengoklah, tragedi Kanjuruhan. Ketika ikhtiar manusia sudah mentok dan nyaris tak ada jalan. Tuhan menyelamatkan, menuntun para pemain dan ofisial meniti lorong, lepas dari jeratan maut.

Cerita seperti ini, tentu tidak hanya monopoli kita. Di luar sana, banyak juga yang dimuliakan Tuhan-nya. Dengan beragam ujian dan cerita. Tetapi percayalah, privilege seperti ini hanya didapat buat mereka yang terpilih. Tak mungkin akan didapat mereka yang culas, rakus, dan halalkan segala cara. Layaknya para mafia.

Tetapi kita tidak boleh pongah dan terlena. Bisa jadi, Tuhan tengah menyiapkan skenario lanjutan. Memberi beban ujian tambahan untuk menaikkan level kita. Persebaya dan pendukungnya. Kita tak pernah tahu seperti apa jalan yang akan dilalui, dan bentuk ujian yang dihadapi. Tetapi, kita senantiasa percaya dan meyakini, bahwa Tuhan akan senantiasa bersama mereka yang sabar dan ikhlas.

Dua kata kunci itu yang selalu dan tetap menjadi pegangan kita. Meniti jalan di usia 97 tahun ini. Menjalani musim ini dengan penuh optimistis. Tentu semua ingin dapatkan hasil terbaik. Mengangkat trophi juara. Memutus dahaga gelar sejak 20 tahun lalu. (Terakhir Persebaya angkat piala pada 2004).

Mari mimpi itu disemai. Dengan menyiapkan diri sebaik-baiknya. Melunaskan ikhtiar. Dan, selanjutnya biar Tuhan yang menentukan, akhir dari perjalanan musim nanti. Berpasrah dan berserah diri layaknya Ibrahim. Selamat merayakan hari jadi Persebaya-ku. WANI.

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display