EJ – Atribut mereka didominasi warna biru. Terdapat juga logo singa dalam atribut sekumpulan orang-orang yang sedang di Tugu Pahlawan, saat aksi Parade Bela Persebaya, Senin, 26 Desember 2016. Bukan, mereka bukan Singa Biru dari kota sebelah. Mereka adalah kelompok pecinta kesebelasan Chelsea di Surabaya. Komunitas tersebut bernamakan Chelsea Indonesia Supporter Club (CISC) Surabaya.
Sedang mengadakan sesi foto bersama, tak lupa turut serta spanduk dukungan terhadap Persebaya dibentangkan. CISC Surabaya yang setiap Chelsea bertanding selalu mengadakan nonton bareng di Ijen Cafe ini memang cukup aktif menggerakkan dukungan terhadap Persebaya yang sampai saat ini masih “mati”. Baik melalui media sosial maupun juga dukungan langsung saat aksi bela Persebaya.
Arip Sempel, salah satu pentolan CISC Surabaya mengatakan bahwa sudah menjadi kewajiban sebagai warga Surabaya untuk mendukung Persebaya. “CISC Surabaya merupakan komunitas pendukung Chelsea yang berdomisili di Surabaya. Otomatis kita adalah Bonek yang juga wajib hukumnya bagi kita untuk mendukung tim lokal (Persebaya, Red) kita sendiri. Kita dari dulu sudah sering kok CISC Surabaya mbonek bareng nonton di stadion langsung,” ujarnya.
“Kami melakukan aksi ini dari hati kami, tidak ada tujuan lain selain memberi semangat pada Persebaya dan juga memasifkan dukungan untuk Persebaya yang sudah dilakukan di seluruh kota Surabaya,” tambahnya.
Senada dengan koleganya, Rico Ferdinan selaku korwil dari CISC Surabaya memberi harapan lebih agar Persebaya bisa kembali berkompetisi. Menurutnya, semua dari CISC sudah rindu untuk mbonek. “Semoga lekas bangkit, Persebaya!”
CISC Surabaya juga memiliki maskot yang dinamakan Boyo Cullen. Seekor buaya yang menjadi ciri Persebaya dan biru khas Chelsea menjadi bentuk dari maskot yang sudah beberapa kali ikut dalam aksi Bela Persebaya. “Buaya adalah representasi kota Surabaya dan Persebaya. Itulah alasan kami membuat Boyo Cullen,” ujar Rico.
CISC Surabaya adalah bagian kecil dari Surabaya. Sebuah kota dengan Persebaya sebagai kesebelasan sepak bola kebesarannya. Meski berlabelkan fanbase klub bola Eropa, sudah seyogyanya kita tidak melupakan kesebelasan lokal kita. Meski sepak bola Eropa jauh lebih profesional dan lebih enak ditonton, kesebelasan lokal kita memiliki ikatan langsung pada emosi jiwa kita sendiri. (Ahmad Chaidir)