Awal 2017 menjadi tahun yang penuh sejarah bagi sepak bola Surabaya. Klub kebanggaan kota pahlawan itu kembali diakui PSSI. Tentu saja Bonek sangat bahagia dengan kabar ini. Mereka sudah berjuang lama untuk mengembalikan harga diri Persebaya.
Sebenarnya tidak hanya Persebaya saja yang kembali diakui karena Arema Indonesia, Persewangi Banyuwangi, Persema Malang, Persibo Bojonegoro, Persipasi Bekasi, dan Lampung FC pun kembali berlaga dalam persepakbolaan Indonesia. Namun terdapat pengecualian, bila enam tim lain akan bermain di Liga Nusantara (kasta ke tiga dalam piramida kompetisi sepak bola Indonesia), dengan berbagai pertimbangan, Persebaya akan bermain di kasta kedua yaitu Divisi Utama.
Dengan bermainnya Persebaya di Divisi Utama maka hampir dipastikan Persebaya akan satu grup dengan sesama klub Jawa Timur. Bila dikaitkan sejarah, dengan tidak mengurangi hormat kepada tim lain, maka Persebaya akan sangat jauh meninggalkan klub lainnya. Karena berbagai prestasi di masa lampau yang mampu menjuarai Liga Indonesia sebanyak dua kali maupun fanatisme dari para pendukungnya, Bonek.
Namun karena Persebaya sudah lama tidak berkompetisi maka performa tim pun bakal tereduksi. Hal ini yang menimbulkan suatu pertanyaan menarik. Akankah Persebaya masih menjadi tim yang disegani dan ditakuti khususnya untuk wilayah Jawa Timur?
Karena kompetisi Divisi Utama edisi terakhir terhenti karena pembekuan Menpora terhadap PSSI maka klub-klub yang berlaga pada Indonesia Soccer Championsip B grup 6 yang paling realistis menjadi calon lawan pada kompetisi nanti. Grup 6 berisi klub Persik Kediri, Persepam Pamekasan, Persida Sidoarjo (Sidoarjo United), Persatu Tuban, PSBK Blitar, dan Laga FC. Urutan nama tersebut sesuai klasemen akhir pada fase grup wilayah 6 (koreksi bila salah).
Persik Kediri begitu digdaya di grup ini karena tidak pernah merasakan kekalahan sekalipun. Tim ini termasuk tim besar namun sedang terpuruk karena masalah keuangan.
Persepam Pamekasan merupakan tim dengan pengalaman bermain di ISL sebelum akhirnya degradasi. Tim ini merupakan finalis Piala Kemerdekaan namun gagal juara karena dikalahkan oleh PSMS Medan.
Persida Sidoarjo menjadi underdog di grup ini karena sempat terseok-seok di awal namun bisa finis di peringkat tiga. Tim ini mengikuti ISC B menggunakan nama Sidoarjo United karena pemain beserta ofisialnya berasal dari Deltras Sidoarjo. Alasannya karena Persida tidak siap atau belum memiliki tim selepas Divisi Utama dihentikan.
Dua tim lainnya yakni Persatu Tuban maupun Laga FC nampak sebagai penggembira saja karena performa mereka kurang meyakinkan. Khusus Laga FC bila benar-benar berkandang di Kota Surabaya dan tidak pindah kandang lagi maka akan terjadi derbi Surabaya dengan Persebaya.
Dengan melihat sekilas maka Persik Kediri bisa menjadi rival yang terjal bagi Persebaya karena performa menawan mereka. Dan dengan sesama tim penuh sejarah, jangan lupa pula Persik juga pernah juara Liga Indonesia. Bila ditarik ke belakang, rivalitas ini makin memanas karena pada pertemuan terakhir di kancah ISL Persebaya gagal menang karena dikalahkan Persik 0-1 di bawah guyuran hujan di Stadion Tambaksari. Lalu sejarah juga mencatat gagalnya pertandingan tunda antara Persik lawan Persebaya yang memunculkan polemik di tubuh Persebaya.
Tim lain bila melihat performa dan keadaan terbaru saat ini masih di bawah Persebaya dan tentu tidak begitu sulit untuk dilalui. Persebaya masih akan superior atas Persepam, Persida, Persatu, PSBK, maupun Laga FC.
Perlu diingat, jangan sekali-sekali meremehkan lawan meskipun terlihat mudah. Setiap tim yang melawan Persebaya akan bermain dengan semangat berlipat ganda karena mengalahkan Bajul Ijo adalah sebuah kebanggaan bagi tim lain. Yang terpenting bagi Persebaya Surabaya, Bonek, dan seluruh warga Kota Surabaya adalah sikap optimis dengan masa depan penuh kejayaan kembali seperti masa lalu dengan tidak mengurangi sedikit pun kewaspadaan. Semoga.
Salam satu nyali! Wani!